GOPOS.ID, KOTA GORONTALO – Ketua Pansus Lembaga Adat Daerah DPRD Kota Gorontalo, Tien Suhatien Mobiliu berharap realisasi rancangan peraturan daerah (Ranperda) yang tengah digagas dapat menjadikan Kota Gorontalo sebagai kota wisata adat yang menarik.
Tien menyampaikan bahwa hal ini telah digagas dalam waktu yang cukup lama, berbagai pihak saling bersinergi untuk pengembangan terkait rancangan ini.
“Dalam waktu yang cukup lama, kami telah memiliki keinginan untuk mengoptimalkan potensi wisata adat di Gorontalo. Kami selalu melakukan diskusi dengan rekan-rekan terkait pengembangan hal ini,” ucap Tien.
Tien menjelaskan, Kota Gorontalo sebagai ibukota provinsi memiliki keterbatasan sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan daerah. Oleh karena itu, pengembangan sektor pariwisata, terutama yang berbasis pada kekayaan budaya dan adat, menjadi salah satu pilihan yang efektif.
“Kota Gorontalo adalah kota jasa, oleh karena itu kita harus mengoptimalkan sektor-sektor pendapatan yang bisa kita gali. Salah satunya adalah potensi wisata adat yang kita miliki,” jelasnya.
Tien mencotohkan beberapa wisata budaya dan adat yang bisa dimanfaatkan seperti, Rumah Adat Dulohupa sebagai salah satu potensi destinasi wisata adat yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Di rumah adat tersebut tersimpan berbagai macam baju adat dan artefak budaya lainnya, yang dijadikan sebagai daya tarik wisata.
“Dengan adanya peraturan daerah terkait lembaga adat daerah, kami berharap dapat memaksimalkan pemanfaatan tempat-tempat bernuansa adat di Kota Gorontalo. Hal ini akan menjadi langkah awal untuk mengembangkan potensi wisata adat secara lebih sistematis dan terarah,” jelasnya.
Srikandi partai Hanura tersebut menegaskan pentingnya komitmen dan kesatuan pikiran dari semua pihak terkait, termasuk dewan adat, pemerintah dan stakeholder lainnya, dalam mengembangkan potensi wisata adat di Gorontalo.
“Komitmen bersama akan membuka peluang untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pariwisata. Misalnya, dengan mengadakan tur wisata menggunakan bendi yang melibatkan berbagai spot wisata adat di Kota Gorontalo, seperti Rumah Adat Dulohupa,” tambahnya.
Tien juga menjelaskan konsepnya seperti, dalam tur tersebut, para wisatawan akan diajak untuk berfoto menggunakan baju adat Gorontalo sesuai dengan tata cara yang telah diatur dan ditetapkan oleh lembaga adat. Hal ini juga akan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah melalui penjualan paket wisata dan jasa foto.
Terakhir, Tien menambahkan bahwa konsepnya juga dapat meniru konsep wisata adat yang sudah sukses di Yogyakarta atau Bali. Apalagi Gorontalo memiliki potensi yang sama besarnya untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata adat yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
“Misalnya kita melaksanakan tour bagi para wisatawan menggunakan bendi, kita mulai keliling dari Taruna Remaja, di situ ada ikonnya kota Gorontalo, patung Nani Wartabone, terus spot lainnya di Rumah adat Dulohupa, para wisatawan kita suguhkan dengan baju-baju adat, kemudian mereka berfoto, ya kan?,” ujarnya.
“Yang penting tidak melanggar dari tata cara berpakaian dari yang sudah diatur di dewan ada di lembaga adat. Kemudian mereka berfoto dan diminta biaya jasa senilai Rp30.000 atau Rp35.000 untuk lima foto misalnya, yaa kan? Jadi kita bisa berpenghasilan dari situ juga,” tutupnya. (Rama/Gopos)