GOPOS.ID, GORONTALO – Puasa bicara politik yang ditunjukkan Rusli Habibie mengundang seribu tanya. Ada yang mengatakan sikap itu tak wajar, karena saat ini ada tiga daerah yang tengah menghadapi pilkada.
“Entah strategi apa lagi yang disiapkan Ketua DPD Golkar Gorontalo itu (Rusli-red),” kata beberapa politisi gaek.
Menurut mereka sikap diam itu entah benar-benar diam karena ini masih puasa, atau ada yang memang sengaja ditahan. “Tak ada Rusli, tak rame,” lanjutnya.
Masalahnya, jika bicara iven politik, maka bukan hanya pilkada. Ibarat mencuci mobil, para politisi itu meyakini masih ada sisa sisa pileg dan pilpres kemarin yang menempel, dan mesti Rusli bersihkan sampai tuntas.
Secara sepak terjang, sepertinya beberapa orang dari kalangan akademisi sepakat kalau Rusli Habibie adalah barometer perpolitikan Gorontalo.
Menurut pengamat Acm. Ryza Mediansyah, Rusli menjadi barometer, karena terlihat jelas di sejumlah iven politik, Rusli selalu menjadi tokoh penentu. Seakan muncul stigma, kalau didukung Rusli maka sudah itu yang menang.
Dan Pilpres kemarin menjadi bukti kemampuan Rusli memainkan strategi politik. Sekalipun berada di basis lawan plus dibumbui konflik internal, Rusli tetap mampu keluar sebagai pemenang.
“Rusli Habibie tidak bisa dihilangkan dari wacana politik lokal Gorontalo. Meski Rusli Habibie saat ini namanya telah dikenal secara nasional, namun Gorontalo tetap butuh Rusli Habibie,” ujar pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unisan Gorontalo itu.
Kendati demikian, Ryza mengaku penasaran dengan sikap Rusli di tiga pilkada nanti. Peta politik yang berubah pasca pileg, menuntut Golkar harus ekstra hati hati menyusun skenario, hingga menentukan siapa yang layak jadi pemeran utama. (**)