GOPOS.ID, GORONTALO – Pesona sulaman karawo Gorontalo ternyata dapat diaplikasikan pada busana khas. Maupun pakaian keseharian yang dikenakan masyarakat dari berbagai daerah di Sulawesi.
Sulaman karawo merupakan kerajinan tradisional masyarakat Gorontalo yang menggunakan media kain sebagai sarana untuk menyulam. Setelah serat benang diiris membentuk pola strimin.
Pengirisan serat kain, mengikat dan menyulam dengan aneka warna benang dapat diaplikasikan pada busana tradisional khas daerah di Pulau Sulawesi.
Hadirnya sulaman ini menjadi sumbangan kreasi perajin sulam karawo Gorontalo untuk memperindah busana daerah.
Tawaran ini menjadi pesan dalam pelaksanaan Gorontalo Karnaval Karawo 2019 yang akan digelar 2-6 Oktober 2019 nanti.
Baca juga :Bank Indonesia Gorontalo Komitmen Promosikan Karawo
“Tahun ini kami mengambil tema Wonderful of Celebes. Pada puncak karnaval nanti aplikasi sulaman karawo akan diterapkan pada busana tradisional dari masing-masing provinsi di Pulau Sulawesi,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Rifli Katili, Rabu (14/8/2019).
Dalam karnaval karawo, peserta akan disodorkan pilihan subtema lima provinsi di Pulau Sulawesi. Yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
“Peserta yang ikut diminta memilih salah satu baju tradisional atau baju khas provinsi tersebut. Pada baju inilah sulaman karawo akan diterapkan. Sehingga pada karnaval nanti semua baju khas provinsi di Sulawesi akan dihiasi sulaman khas Gorontalo ini,” tutur Rifli.
Disisi lain, Analis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, La Ode M Arief Akbar memaparkan aplikasi sulaman karawo pada baju lima provinsi di Sulawesi ini akan meningkatkan permintaan sulaman karawo di pasar.
Baca juga : Tahun Ini, Festival Pesona Karawo Lebih Memikat
Naiknya permintaan ini akan mendorong produksi dan harga sulaman yang rumit ini.
“Para perajin karawo yang akan diuntungkan dengan makin banyaknya orang menyukai sulaman ini, bukan hanya orang Gorontalo, namun juga masyarakat di seluruh Pulau Sulawesi,” tutup La Ode. (rls/andi/gopos)