GOPOS.ID, GORONTALO – Universitas Bina Taruna (UNBITA) Gorontalo menerima kunjungan resmi dari Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Gorontalo, Kamis (15/5/2025).
Pertemuan ini membahas sekaligus mensosialisasikan rencana implementasi Program Partisipasi Masyarakat (PARMAS) di lingkungan perguruan tinggi negeri dan swasta se-Kota Gorontalo.
Wakil Rektor I UNBITA Gorontalo, Yahya Antu mengaku kolaborasi antara lembaga pengawas layanan publik dengan institusi akademik sangat penting dilakukan.
“Kami percaya bahwa salah satu peran strategis perguruan tinggi hari ini adalah menjadi penggerak partisipasi warga negara yang sadar, kritis dan berorientasi pada perubahan. Kehadiran Ombudsman di kampus kami menjadi bukti bahwa sinergi antara dunia pendidikan dan lembaga negara adalah suatu keharusan,” ungkap Yahya.
Lebih lanjut, Yahya menjelaskan bahwa UNBITA saat ini tengah mengarusutamakan nilai-nilai “Kampus Berdampak”, yakni sebuah kerangka kebijakan pendidikan tinggi yang menuntut keterlibatan aktif sivitas akademika dalam menjawab tantangan riil masyarakat.
“Transformasi pendidikan tinggi tidak lagi hanya soal ruang kelas, laboratorium, atau karya ilmiah. Saat ini, kami didorong untuk hadir di tengah masyarakat sebagai agen perubahan. Program PARMAS dari Ombudsman sangat sejalan dengan semangat Kampus Berdampak yang sedang kami bangun di UNBITA,” lanjut Yahya.
Kunjungan ini dinilai sangat strategis, karena membuka peluang konkret bagi mahasiswa dan dosen UNBITA untuk berpartisipasi dalam advokasi, pemantauan serta peningkatan kualitas pelayanan publik.
Dengan adanya kemitraan ini pula, UNBITA berharap dapat mendorong terbentuknya generasi intelektual yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki empati sosial dan integritas publik yang kuat.
“Kami ingin lulusan UNBITA tidak hanya pintar, tapi juga peduli. Peduli pada ketimpangan layanan publik, peduli pada ketidakadilan yang dirasakan masyarakat, dan yang terpenting: mau bertindak. Inilah esensi Kampus Berdampak yang kami perjuangkan,” tegas Yahya.
Keterlibatan aktif kampus dalam pengawasan layanan publik bukan hanya bagian dari tanggung jawab sosial, tetapi juga sarana pembelajaran nyata bagi mahasiswa. Melalui PARMAS, UNBITA akan mengupayakan ruang-ruang edukatif berbasis pengalaman lapangan, seperti pelatihan pemantauan layanan publik, riset partisipatif dan kampanye literasi masyarakat.
“Kampus tak bisa lagi hanya bicara teori. Mahasiswa butuh pengalaman, interaksi, dan pembelajaran langsung di tengah dinamika sosial. Dengan adanya kerja sama seperti ini, kami bisa hadir bukan sebagai pengamat, tapi sebagai pelaku transformasi sosial,” tambah Yahya.
UNBITA Gorontalo juga menyatakan kesiapan untuk mendukung segala bentuk pelibatan mahasiswa yang bertujuan memperkuat transparansi, akuntabilitas, dan kualitas layanan publik di Gorontalo. Pihak kampus bahkan tengah mengkaji pembentukan unit kerja khusus yang akan menjembatani kerja sama lintas sektor antara universitas dan lembaga-lembaga pengawas negara.
Kegiatan yang berlangsung dengan hangat dan interaktif ini menjadi titik tolak awal dari kemitraan yang lebih luas dan berkelanjutan. UNBITA meyakini bahwa hanya melalui kolaborasi dan keterbukaan, maka perguruan tinggi bisa benar-benar berdampak nyata bagi daerah, bangsa, dan masyarakat.
“Kampus harus menjadi cermin nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Kami siap menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar menara gading yang jauh dari realitas sosial. Sinergi ini akan kami jaga dan tindak lanjuti secara konkret,” tutup Yahya.(rls)