GOPOS.ID, KOTAMOBAGU – Pemerintah Kota Kotamobagu resmi menjadikan program Biokonversi Sampah Organik berbasis pemberdayaan masyarakat sebagai langkah awal prioritas pembangunan di bawah kepemimpinan Wali Kota Dr. Weny Gaib, Sp.M dan Wakil Wali Kota Rendy Virgiawan Mangkat, S.H, M.H.
Program ini masuk dalam agenda 100 Hari Kerja, sebagai bukti komitmen Wali Kota dan Wakil Wali Kota dalam menangani persoalan sampah organik secara berkelanjutan dan berdampak langsung pada penguatan ekonomi masyarakat.
Berlokasi di ruang kerja Sekretaris Kota Kotamobagu, presentasi rancangan program dilakukan oleh Pusat Pendidikan Mondowana di hadapan Sekretaris Daerah Sofyan Mokoginta, S.H., M.E., serta pimpinan OPD terkait.
Direktur Eksekutif Pusat Pendidikan Mondowana, Siti Hadija Junaidi, M.Pd., bersama timnya memaparkan model biokonversi yang berbasis budidaya maggot rumahan. Model ini tidak hanya menyelesaikan masalah sampah, tapi juga membuka peluang ekonomi baru lewat pertanian urban dan pengolahan sampah rumah tangga.
“Program ini sangat inovatif karena mampu menjawab delapan sektor pembangunan sekaligus,” puji Sofyan Mokoginta.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kotamobagu, Fenty Dilasandi Miftah, juga menekankan pentingnya kerja sama multipihak. “Kami mendukung penuh program ini sebagai bagian dari visi besar Pemkot yang BERSAHABAT: Berkemajuan, Sejahtera, Berbudaya, dan Inovatif,” ujarnya.
Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat, volume sampah di Kotamobagu mencapai 1.800 ton per bulan, dan setengahnya merupakan sampah organik. Kondisi ini menuntut terobosan nyata agar tidak hanya menjadi beban, tapi berubah menjadi peluang.
Wali Kota Dr. Weny Gaib sendiri sudah menyampaikan dukungan sejak awal April 2024. “Ini adalah komitmen kami sejak kampanye, untuk melibatkan masyarakat langsung dalam pengelolaan sampah,” tegasnya.
Wali Kota juga meminta agar tindak lanjut teknis segera dilakukan bersama Sekda dan OPD agar implementasi program bisa dimulai secepatnya. (***)