GOPOS.ID, GORONTALO – Penyidikan perkara dugaan penganiayaan yang berujung kematian seorang bocah 5 tahun, ASK alias Icha, oleh Polres Gorontalo Kota terus bergulir. Setelah melakukan pemeriksaan para saksi dan tersangka, Polres Gorontalo Kota menggelar rekonstruksi, Jumat (17/6/2022).
Rekonstruksi dilangsungkan di kos-kosan yang terletak di Jl. Manggis, Kelurahan Libuo, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo, yang merupakan tempat kejadian penganiayaan terhadap Icha. Rekonstruksi menghadirkan langsung tiga tersangka yakni SI (66) alias Oma Aril (nenek tiri ASK), SWA (27) alias Yuni (ibu tiri ASK), serta KK (32) alias Kendi (ayah kandung ASK).
Ada 27 adegan yang diperagakan dalam pelaksanaan rekonstruksi. Dari keseluruhan adegan tersebut, lebih dari separuh diperagakan oleh Oma Aril. Keseluruhan adegan tersebut menggambarkan tindakan penganiayaan terhadap korban. Sementara ayah kandung korban, memperagakan dua adegan berupa menghardik anaknya hingga terjatuh. Yuni, ibu tiri korban, memperagakan tiga adegan berkaitan tindakannya ketika korban susah untuk makan.
Kapolres Gorontalo Kota, AKBP Suka Irawanto melalui Kasat Reskrim Iptu Mohamad Nauval Seno mengungkapkan adegan yang diperagakan berdasarkan alat bukti, keterangan saksi, juga keterangan para tersangka.
“Hari ini kami melakukan rekonstruksi penganiyaan berujung kematian terhadap korban ASK alias Icha, ini kami gelar di TKP di salah satu kos-kosan Jl Manggis, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo,” kata Iptu Nauval kepada awak media, Jum’at (17/6/2022).
Mantan kasat Reskrim polres Gorontalo ini menambahkan penganiayaan terhadap korban lebih banyak dilakukan oleh Oma Aril, sementara Kendi ayah korban hanya memperagakan dua adegan yaitu menarik tangan korban, dan menendang kaki korban. Ibu tiri memperagakan tiga adegan dengan memukul korban di beberapa bagian tubuh.
“Yang mengakibatkan korban sampai meninggal dunia, diperagakan pada adegan 17 sampai 18. Yang mengakibatkan korban tersungkur jatuh, cidera, dan kejang-kejang. Ayah kandung hanya 2 adegan, ibu tiri tiga adegan alasan pemukulan susah makan, dan nenek tiri mendominasi,” pungkasnya. (Sari/gopos)