GOPOS.ID, GORONTALO – Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Gorontalo kembali mengimplementasikan visi sebagai institusi pendidikan tinggi kesehatan terdepan dalam menghasilkan lulusan yang kompetitif dan berkarakter.
Langkah tersebut dilakukan dengan meningkatkan kompetensi pertolongan pertama terhadap korban serta pertolongan bagi ibu dan bayi. Yakni melalui pelatihan Basic Life Support (BLS) serta penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal (Maternal and Neonatal Emergency Life Support/MANELS) bagi dosen, instruktur dan mahasiswa Jurusan Kebidanan. Pelatihan bekerjasama Gadar Medik Indonesia dan berlangsung 23 April hingga 2 Mei 2019 di Hotel Damhil, Kota Gorontalo.
Direktur Poltekkes Kemenkes Gorontalo Dr.Dra.Heny Panai,SKep,Ns,M.Pd diwakili Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Mohamad Anas Anasiru,S.KM,M.Kes mengemukakan, pelatihan ini sangat penting terutama dalam memberikan pemahaman terhadap pertolongan pertama terhadap korban, serta meningkatkan kemampuan dan kompetensi penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
“Kompetensi penanganan kegawatdaruratan maternal-neonatal ini penting untuk dimiliki bagi para mahasiswa jurusan kebidanan sebagai bekal ketika nantinya akan memberikan pelayanan kebidanan,” ujar Anas Anasiru.
Baca juga : Sebanyak 175 Siswa SMA/SMK Mengikuti Pekan Seni dan Budaya
Menurut Anas Anasiru, peningkatan kompetensi penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal ini juga berhubungan dengan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Sebab, salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya angka kematian ibu dan bayi adalah kurangnya ketrampilan penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
“Untuk itu kami mengapresiasi pelaksanaan pelatihan basic life support dan penangangan kegawatdaruratan maternal dan neonatal oleh Jurusan Kebidanan,” kata Anas Anasiru.
“Tentunya untuk peningkatan kompetensi, setelah pelatihan ini masih ada lagi pelatihan-pelatihan lain yang akan dilaksanakan,” sambung Anas Anasiru menekankan.
Sementara itu Direktur Gadar Medik Indonesia Mashudi,MKes menjelaskan, kecepatan waktu (respon timing) merupakan faktor penting dalam penanganan kegawatdaruratan. Tetapi kecepatan tak cukup tanpa dibarengi dengan pengetahuan dan ketrampilan.
“Pengetahuan dan ketrampilan juga sangat dibutuhkan dalam penangananan kegawatdaruratan,” kata Mashudi.
Terpisah Ketua Jurusan Kebidanan Yusni Igrisa,S.S.T.,MKes selaku Panitia Pelaksana menyampaikan, pelatihan bertujuan untuk meningkatan ketrampilan para peserta dalam penatalaksanaan basic life support serta kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Pelatihan dilakukan dengan metode teori, diskusi serta praktikum.
“Pelatihan Basic Life Support diikuti oleh mahasiswa Diploma III Kebidanan berjumlah 33 orang beserta instruktur. Kemudian pelatihan Maternal dan Neonatal diikuti mahasiswa Diploma IV sebanyak 139 orang. Total peserta sebanyak 209 orang,” ujar Yusni Igrisa.
Ia menambahkan, pemateri pelatihan merupakan praktisi profesional yang berpengalaman di bidang kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
“Pemateri berasal dari Gadar Medik Indonesia sebanyak 8 orang,” imbuh Yusni Igrisa.(adm-02/adv/gopos)