GOPOS.ID, INDEPTH NEWS – Target kemenangan mutlak pasangan 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin, yang diusung tujuh pimpinan daerah di Gorontalo menjadi harga mati. Ya, pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin didukung seluruh pimpinan daerah di Gorontalo.
Mulai dari Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie yang menjabat Ketua DPD I Partai Golkar Gorontalo. Kemudian Walikota Gorontalo Marten Taha yang juga Ketua DPD II Partai Golkar Kota Gorontalo. Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo yang menjabat Ketua DPW PPP Provinsi Gorontalo.
Ada pula Bupati Bone Bolango Hamim Pou (Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Gorontalo), Bupati Pohuwato Syarif Mbuinga (Ketua DPD II Partai Golkar Pohuwato). Bupati Boalemo Darwis Moridu (Pengurus PDI-P Provinsi Gorontalo) serta Bupati Gorontalo Utara Indra Yasin yang pada pemilihan kemarin diusung oleh partai pendukung Jokowi-Maruf.
Sehingga target 80 persen suara dinilai cukup masuk akal bagi calon Presiden petahana di Gorontalo. Tapi pencapaian target itu bukan hanya sekadar masalah angka semata. Lebih dari itu pertarungan gengsi dan pertaruhan ‘harga diri’ ikut mewarnai Pilpers di Gorontalo.
Alasannya, lawan dari pimpinan daerah di Gorontalo adalah putra daerah Gorontalo, Sandiaga Salahudin Uno. Putra terbaik Gorontalo yang dibanggakan ketika terpilih sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Bahkan ketika dijadikan calon Wakil Presiden, nama Sandiaga Uno bergema seantero Gorontalo.
Ya, mayoritas masyarakat Gorontalo bangga atas capaian Putra Gorontalo tersebut. Jika Sandiaga sukses menduduki kursi nomor dua di Republik Indonesia. Maka posisinya akan berpeluang setara dengan seniornya Presiden RI ke-3, BJ Habibie.
Pandangan Pengamat Politik
Pengamat politik Dr. Bala Bakri menilai, terdapat dua isu yang menarik untuk dicermati berkaitan dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 di provinsi Gorontalo.
Pertama adalah adanya calon Presiden yang didukung oleh hampir semua Kepala Daerah. Dan kedua adalah calon Wakil Presiden yang diasosiasikan sebagai putra Daerah Gorontalo.
“Dari kedua isu tersebut, pertanyaannya adalah siapa yang berpotensi memenangkan hasil akhir dari kontestasi ini?,” ujar Bala Bakri.
Menurutnya secara pribadi, dua pendekatan bisa digunakan untuk membaca isu Pilpres di Gorontalo. Pertama, kalau berkaca pada pilpres sebelumnya, maka untuk konteks Gorontalo, sepertinya peran kepala Daerah dan elit-elit politik masih signifikan dalam memengaruhi calon pemilih. Bagaimana pun juga ini adalah pertarungan gengsi di antara para kepala daerah.
Sehingga harus berupaya semaksimal mungkin memenangkan capres yang didukungnya. Dengan demikian, maka kemungkinan ‘pertarungan’ akan dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ma’ruf sangat terbuka lebar.
“Hal ini sangat beralasan, kalau kita bercermin kembali pada Pilpres sebelumnya. Pada Pilpres 2009 lalu di Provinsi Gorontalo, pasangan Jusuf Kalla-Wiranto yang didukung oleh partai Golkar dan Hanura unggul sebesar 49,32 persen suara dari pasangan SBY-Budiono sekitar 44,22 persen, dan Megawati-Prabowo hanya memperoleh 6,46 persen,” jelas alumnus jurusan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar itu.
Kemudian berlanjut pada Pilpres 2014 pasangan Prabowo-Hatta menang telak dari pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dengan persentase 63,10 persen untuk Prabowo dan 36,90 persen untuk pasangan Jokowi-JK. Dimana pada Pilpres 2014 kemarin pasangan Prabowo didukung penuh oleh sejumlah kepala daerah di Provinsi Gorontalo.
Namun ada pendekatan kedua. Yaitu bahwa dalam politik tak ada yang bersifat statis, semua dinamis sehingga segala kemungkinan bisa terjadi.
Terbuka peluang bagi Prabowo-Sandi untuk memenangkan pertarungan ini sepanjang bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya dengan cara-cara yang cerdas mengelola isu untuk meraih simpati dari pemilih akar rumput.
“Bagaimanapun juga Cawapres Sandiaga Uno adalah putra Gorontalo yang tentu ini memiliki nilai tersendiri di hati masyarakat Gorontalo. Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Gorontalo nilai-nilai kekeluargaan juga cenderung masih sangat kental. Sehingga potensi menang di Gorontalo juga terbuka,” papar akademis di Universitas Ichsan Gorontalo itu.
Optimisme Tim Pemenangan 01 di Gorontalo
Sementara itu para partai pendukung Jokowi di Gorontalo serentak optimis akan memenangkan pertarungan Pilpres 2019.
“Untuk Kabupaten Gorontalo, saya optimis Jokowi-Maruf menang di atas 80 persen,” ucap ketua DPW I PPP Nelson Pomalingo.
Ungkapan yang sama disampaikan ketua DPW I PDI Perjuangan Gorontalo Kris Wartabone.
“Sampai saat ini tidak ada keraguan PDI Perjuangan bahwa koalisi ini pecah. Kami yakin kami akan bersatu. Kami bangga Bupati Gorontalo sekaligus ketua PPP Provinsi Gorontalo dan pak Gubernur ketua DPD 1 Golkar bertekad besar untuk memenangkan pasangan nomor 01. Tentunya ini adalah simbol yang tidak bisa kita anggap kecil tapi adalah sangat menentukan target ini bisa kami yakinkan,” ucap Kris Wartabone, ketua DPD I PDI Perjuangan Gorontalo.
Partai NasDem yang selalu diisukan selalu jalan sendiri, rupanya menampik hal tersebut.
“Dari NasDem kami sangat berkeyakinan kalau dari pak Gubernur menyatakan 80 persen. Target kami bahkan lebih dan bisa 90 persen kemenangan di Gorontalo. Mengingat seluruh kepala daerah punggawa berada di barisan ini. Sehingga kami yakin 90 persen bisa tercapai,” kata Ronal Mohamad, Bapilu Partai NasDem di Gorontalo.
Kebanggaan Putra Daerah, Sejarah dan Kemaslahatan Anak Bangsa
Lantas bagaimana kesiapan tim pemenangan koalisi pasangan nomor 02 di Gorontalo? Ketua Badan Pemenangan Prabowo-Sandi Gorontalo, Gusnar Ismail tak buyar dengan dukungan seluruh kepala daerah di Gorontalo atas pasangan nomor urut 01.
Menurutnya, ketokohan Sandiaga Uno bakal menumbangkan ambisi-ambisi tersebut. Sudah seharusnya masyarakat Gorontalo bangga. Ada putra terbaiknya bertarung di Pilpres 2019.
Ini adalah sejarah bagi Provinsi Gorontalo. Jika Sandiaga kalah di tanah leluhurnya. Maka kebanggaan serta impian besar itu bakal buyar.
“Prabowo bisa menang telak waktu itu tanpa Sandi. Tapi kali ini setelah berpasangan dengan Sandi situasi dan antusias masyarakat semakin besar. Jadi target kita yang kita patok adalah angka optimis sesuai pengalaman saya,” kata Gusnar.
Senada dengan Gusnar Ismail, Sekretaris DPD I Partai Gerindra Tomy Ishak mengungkapkan bahwa angka-angka realistis bisa dicapai pasangan Prabowo-Sandi di Gorontalo.
“Keyakinan itu beralasan. Pertama, Gorontalo punya pendukung fanatik Prabowo yang sudah ada sejak 2014 sebesar 63 persen. Kedua, Wapres Sandi Uno adalah orang Gorontalo,” ucap Tomy Ishak.
Ketiga, lanjut politisi muda Gorontalo itu, secara sosiologis dan sejarah Gororontalo, masyarakat di Provinsi ini adalah sebuah keluarga besar. Setiap orang pasti memiliki benang merah kekeluargaan dengan orang lain. Bahkan caleg-caleg yang bersaing pun masih punya hubungan kekeluargaan.
“Keempat, ada trend bergesernya pemilih Jokowi 2014 yang tak puas dan cerdas menilai kinerja pemerintahan sekarang,” jelasnya.
Tomy mengklaim, di lapangan tampak nyata pendukung Prabowo-Sandi sangat militan. Bergerak dari rumah ke rumah. Dalam dua bulan terakhir mereka sudah mendatangi lebih dari 100 ribu rumah di Gorontalo.
“Terakhir, kami ingin pemilih Prabowo Sandi itu memilih dengan alasan yang tepat, yaitu untuk kemaslahatan seluruh anak bangsa ini di masa depan,” tandasnya. (Andi Arifuddin/Gopos)