GOPOS.ID, GORONTALO – Selain sektor pertanian yang menjadi prime mover (penggerak utama) perekonomian. Provinsi Gorontalo memiliki sejumlah potensi untuk pertumbuhan ekonomi baru. Satu di antaranya adalah sektor pertambangan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Gorontalo, Ronny Widijarto Purubasko, mengungkapkan sektor pertambangan memungkinkan memberi kontribusi dalam percepatan perekonomian daerah Gorontalo. Hal itu tercermin pada pertumbuhan ekonomi daerah-daerah lain yang menjadikan pertambangan sebagai pertumbuhan ekonomi baru.
“Di Provinsi Gorontalo juga memiliki pertambangan yang memiliki nilai yang tinggi untuk ekspor,” ujar Ronny Widijarto pada Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Gorontalo Outlook 2023 dan Tinjauan Pertumbuhan Ekonomi Baru, Senin (16/1/2023) di lantai IV Kantor Perwakilan Provinsi Gorontalo.
Ronny mengungkapkan, di beberapa daerah dapat dilihat mengalami pertumbuhan yang tinggi dari pertambangan dan hilirisasinya. Hal ini disebabkan pertambangan memiliki nilai modal yang besar, dan ikut menarik minat para investor di dalam negeri maupun dari luar negeri.
“Beberapa daerah tetangga yang ada di Sulampua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat dari sektor pertambangan,” ungkap Ronny.
Lebih lanjut Ronny menyampaikan hasil analisis ekonom BI yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan pertambangan dalam mendorong perekonomian. Analisis tersebut merupakan hasil kajian yang dilakukan di beberapa daerah yang mengembangkan pertambangan. Yakni di wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
“Perlu untuk diperhatikan mengenai impak pertambangan terhadap ekonomi daerah. Terutama berkaitan dengan teori trickle down effect (teori ekonomi menetes ke bawah, red),” ujar Ronny.
Data historis yang ada, impact pertambangan terhadap perekonomian lebih signifikan terjadi pada masa konstruksi. Hal itu dikarenakan pada masa konstruksi banyak kegiatan yang dilakukan dan menyerap banyak tenaga kerja secara umum. Seperti pembangunan smelter maupun gedung-gedung produksi.
Namun saat industri mulai berjalan dan melakukan ekspor, impact pertambangan terhadap perekonomian daerah/masyarakat di tingkat bawah tidak lagi signifikan. Hal itu tercermin pada situasi pandemi. Kendati pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tercatat tumbuh tinggi, tetapi konsumsi masyarakat negatif (terkontraksi).
“Ini menjadi tantangan bagimana kita Provinsi dan kabupaten/kota di Gorontalo lebih memerhatikan dampaknya (pertambangan) terhadap perekonomian daerah,” imbau Ronny.
Sekadar informasi saat ini konstruksi sektor pertambangan di Kabupaten Pohuwato sedang berjalan. Sejak 2021 hingga September 2022 nilai investasi sebesar Rp156 miliar (2021-Sep 2022) dengan serapan tenaga kerja sebanyak 685 orang.(hasan/gopos)