GOPOS.ID, GORONTALO – Kecelakaan bus milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone Bolango DM 7013 E, di Desa Pinomon III, Kecamatan Bulawa, Kabupaten Bone Bolango, menyimpan trauma tersendiri bagi para penumpang. Rencana studi banding ke Minahasa, Sulawesi Utara itu pun menjadi petaka, Jumat (25/10/2019).
Hasna Bakari, salah seorang penumpang bus, mengaku kecelakaan terjadi sangat cepat. Bermula ketika mobil akan berbelok ke kiri. Saat itu, Hasna yang duduk di bangku belakang merasa posisi mobil sudah sangat miring. Perempuan asal Desa Helumo, Kecamatan Suwawa, Bone Bolago itu lalu memegang erat kursi yang didukinya. Ia pun berkali-kali mengucapkan takbir dan istigfar.
“Saya hanya bisa baca Allahu akbar… Allahu akbar!!!, Lahaula wala quwata!!! Saat itu mobil sudah miring, saya berada di bagian belakang kursi memegang erat kursi,” kata Hasna.
“Saya pikir kalau kursi itu saya pegang erat, ketika mobil terbalik maka saya tidak akan ikut terbalik,” sambung Hasna.
Pemikiran Hasna ada benarnya. Dalam posisi yang tak seimbang itu, bus yang ditumpangi rombongan insiminator dan motivator desa tersebut oleng. Brrakkk… Bagian depan bus menabrak bangunan bagian depan rumah warga desa setempat. Bersamaan dengan itu, tiga unit sepeda motor yang terparkir di tepi jalan ikut ditabrak. Dalam hitungan detik, bus terguling hingga tiga kali. Praktis kondisi itu membuat para penumpang jungkir balik di dalam bus.
“Mobil itu berhenti tepatnya di tiang, setelah tiga kali terbalik usai menghantam rumah dan kendaraan yang terpakir. Saat itu saya tidak langsung keluar, masih sempat menolong beberapa ibu yang terinjak oleh penumpang lain,” kata Hasna.
Baca juga: Polres Gorontalo Kota Ringkus 2 Terduga Pencuri Handphone
Saat sedang memberikan pertolongan, terbesit dalam pikiran Hasna apabila bahan bakar mobil tercecer maka bisa mengakibatkan kebakaran. Ia pun berusaha keluar dari dalam bus melalui kaca jendela depan.
“Saya langsung cepat keluar melalui kaca depan yang sudah pecah. Saya lewat di situ. Semua saat itu panik dan berusaha menyelamatkan diri, bahkan ada yang pingsan, termasuk sopir,” ujarnya.
Sementara itu, Hartin Talago, warga Desa Dumbayabulan, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango mengatakan saat itu kondisi bus sangat memprihatinkan. Kondisi penumpang sangat kacau balau, hingga ada yang terpental sana sini.
“Bayangkan saja, saat itu saya sudah berada di atas batu, kendati di dalam mobil. Saat kecelakaan saya posisi sadar. Kami pergi ke manado bersama rombongan bupati, yang tiga bus sudah duluan. Kami yang belakangan dengan kecepatan tinggi karena menyusul tiga bus tersebut,” ujar Hartin
Ia mengaku saat itu ada beberapa penumpang sempat menegur sopir karena melihat kecepatan bus. Namun beberpa penumpang juga hanya bercanda dengan kalimat, kurang cepat, kurang laju.
“Saya hanya bisa istigfar saat itu. Dari kejadian saya tidak pingsan, hanya saja ada luka di bagian tangan kemungkinan terkena picahan kaca mobil saat kejadian,” katanya.(isno/gopos)