GOPOS.ID, GORONTALO – Universitas Bina Mandiri (UBM) Gorontalo akhirnya buka suara soal tingginya harga biaya kuliah, khususnya di jurusan D3 Analis Kesehatan, yang sempat viral di media sosial akhir-akhir ini.
Sebelumnya beredar di media sosial bahwa biaya kuliah, terutama rincian pembayaran ujian akhir dan wisuda mencapai Rp19 juta, terutama biaya transpor dan cenderamata dosen.
Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) sekaligus Tim Kebijakan UBM Gorontalo, Ayu Anastasya Rachman menanggapi isu kurang mengenakkan yang dihadapi pihak kampus tersebut.
“Memang tingginya biaya kuliah D3 Analisis kesehatan itu sudah diketahui oleh mahasiswa dan orang tua yang mau mendaftar karena sudah disampaikan saat pertama kali mendaftar,” tegas Ayu saat jumpa pers yang turut dihadiri Rektor UBM Gorontalo Titin Dunggio dan Ketua Yayasan Bina Mandiri Azis Rachman, Senin (20/1/2025).
Mahalnya biaya kuliah itu tidak menyurutkan mahasiswa untuk mendaftar di kampus biru muda tersebut menyusul data mahasiswa baru yang diterima pihak kampus.
“Terbukti ada 100 lebih mahasiswa D3 Analisis kesehatan yang tiap tahun mendaftar dengan biaya kuliah tersebut dan mampu menghasilkan lulusan 90 persen yang bekerja di klinik maupun rumah sakit baik PNS maupun non PNS,” tambah Ayu.
Bahkan, lanjut dia, diawal masuk perkuliahan pihak orang tua sudah disodorkan semacam surat pernyataan untuk menandatangani kesanggupan untuk membayar kuliah terhadap mahasiswanya.
Untuk biaya Rp19 juta yang berseliweran di sosial media itu merupakan hasil kesepakatan bersama pihak kampus pada bulan November 2024 dan akan diberlakukan tahun 2025 ini.
“Jadi itu baru akan diberlakukan tahun ini,” terang Ayu.
Biaya itu kemudian tidak dibayarkan secara langsung namun dibayarkan berdasarkan tingkat atau jenjang ketika mahasiswa yang bersangkutan masuk pada proposal dan begitu seterusnya sampai pada tahap skripsi dan wisuda.
“Yang berseliweran di sosial media itu tidak diterangkan secara rinci,” ucapnya.
Selain itu, mahasiswa yang mau masuk pada tahapan tersebut bisa membayar uangnya dengan mengangsur dalam satu semester dua atau sampai tiga kali.
Ayu mengungkap, soal biaya kuliah tinggi untuk D3 Analisis kesehatan tersebut baru sekali dinaikkan oleh pihak kampus sejak 10 tahun terakhir terhitung mulai 2014-2024.
“Selama ini biayanya Rp15 juta dan itu baru dirubah tahun kemarin atas kesepakatan bersama. Ketambahan biayanya baru kali ini selama 10 tahun dan itu akan berlaku tahun 2025 ini dengan beberapa item,” terang Ayu.
Terkait dengan biaya cendramata dan transportasi dosen yang ditambahkan pada rancangan biaya tersebut juga merupakan kesepakatan bersama pihak kampus.
Pasalnya sebelumnya terdapat sejumlah temuan mahasiswa sering memberikan uang transpor maupun uang cendramata secara langsung ke dosen yang bersangkutan tanpa sepengetahuan pihak kampus.
“Untuk memutuskan hal-hal seperti itu maka pihak kampus membuat kebijakan menambahkan biaya transportasi dan cendramata yang nantinya pihak kampus akan mentransfer langsung ke pihak dosen agar hal-hal serupa tidak terjadi lagi di lingkungan kampus UBM,” tegasnya.(Putra/Gopos)