GOPOS.ID, KOTA GORONTALO – Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di Provinsi Gorontalo, diikuti oleh perwakilan rumah sakit se kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo. Kegiatan tersebut rencananya akan berlangsung selama dua hari ke depan, di Hotel Grand Q Gorontalo, Rabu (15/9/2021).
Melalui pertemuan tersebut, dilakukan presentasi dan diskusi mengenai metode penanggulangan TBC, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Yana Yanti Suleman mengungkapkan penaggulangan ini diperlukan. Sebab saat ini kasus TBC diperkirakan sekitar 845.000 kasus. Sedangkan Indonesia berada pada urutan kedua kasus TBC terbesar setelah India.
“Kegiatan ini memberikan prioritas program TBC, yaitu mengatasi under reporting, mengoptimalkan yang sudah dicapai, mengakses yang belum terjangkau dan kegiatan khusus Tuberkulosis Resisten Obat,” ungkap Yana via zoom.
Yana menjelaskan, hal tersebut juga tertuang sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes) Nomor 67 Tahun 2016, tentang Penanggulangan Tuberkulosis, yakni setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap setiap kejadian penyakit Tuberkulosis.
“Makanya perlu sebuah penaggulangan, serta koordinasi yang baik dari semua pihak yang terlibat didalamnya,” tegas Yana.
Yana mengatakan, dari hasil inventory study oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, bersama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan tahun 2016-2017. Presentasi kasus penyakit Tuberkulosis yang belum dilaporkan (under reporting) di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 41% kasus. Khusus di rumah sakit adalah 62% kasus.
“Maka pada tahun 2020 kemarin, terbitlah Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/660/2020. Tentang kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis,” ujarnya.
Yana menerangkan, dalam surat edaran itu disebutkan pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis menggunakan Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) berbasis online, melalui integrasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS) dengan SITT/SITB bagi rumah sakit.
“Dengan adanya ini, diperlukan dukungan dan kerja sama pemerintah daerah dan fasilitas pelayanan kesehatan, dalam melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap setiap kejadian penyakit Tuberkulosis,” katanya.
“Agar upaya penanggulangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta berkesinambungan,” imbuhnya.
Terakhir Yana menyampaikan, ini tentunya perlu menjadi perhatian bersama. Serta perlu adanya komitmen dari berbagai pihak terlibat dalam program penanggulangan TBC.
“Makanya perlu juga penguatan kebijakan di kabupaten/kota,” tandasnya. (Putra/Gopos).