GOPOS.ID, GORONTALO – Kemajuan zaman yang dibarengi perkembangan teknologi membawa pengaruh dalam eksistensi nilai adat dan budaya daerah. Fenomena tersebut ikut dialami daerah Gorontalo, yang merupakan satu dari 19 daerah adat di Indonesia. Banyak masyarakat di Gorontalo yang kini kurang familiar dengan nilai adat dan budaya daerah akibat kemajuan zaman yang mengubah perilaku kehidupan.
Eksistensi adat dan budaya yang tergerus di tengah kemajuan zaman menjadi keprihatinan Wali Kota Gorontalo, Marten A. Taha. Apalagi situasi itu berjalan seperti bola salju. Dari waktu ke waktu semakin membesar. Alhasil adat dan budaya dalam era modern saat ini hanya dipandang pada tataran seremoni atau perayaan semata.
“Adat dan budaya Gorontalo merupakan kearifan lokal yang tak boleh kita lepaskan. Sebab adat dan budaya tersebut adalah identitas dan jati diri daerah,” ujar Marten Taha saat membuka sarasehan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang mengangkat tema Repositioning Falsafah Adat dalam Pembangunan Kota Gorontalo Modern Berbasis Kearifan Lokal dalam Bingkai Serambi Madinah, Kamis (30/6/2022) di Banthayo Lo Yiladia (BLY) Rumah Dinas Wali Kota Gorontalo. Sarasehan dilaksanakan untuk meneguhkan kembali nilai-nilai dan falsafah adat-budaya pembangunan Kota Gorontalo menuju kota yang modern.
Menurut Marten Taha, sebagai kearifan lokal yang menjadi identitas dan jati diri daerah, maka nilai-nilai falsafah adat-budaya Gorontalo harus bisa dilestarikan. Tidak boleh tergerus dengan arus globalisasi maupun perkembangan ilmu yang mempengaruhi perilaku kehidupan, baik secara individu maupun masyarakat.
“Fenomena sekarang nilai-nilai falsafah adat dan budaya Gorontalo mulai hilang. Adat dan budaya dipahami sebatas seremoni, tetapi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sudah mulai dilupakan. Padahal dalam falsafah adat dan budaya Gorontalo mengandung nilai-nilai moral, adab, etika, tata krama yang menunjukkan jati diri masyarakat Gorontalo itu sendiri,” tutur Doktor Antropolog jebolan Universitas Hasanuddin Makassar ini.
Oleh karena itu Pemkot Gorontalo mengapresiasi langkah ICMI agar falsafah adat dan budaya Gorontalo dapat dipertahankan dalam pembangunan Kota Gorontalo. Ini menjadi bagian penting dalam mewujudkan pembangunan dan kemajuan daerah yang tetap berpijak pada nilai-nilai falsafah adat dan budaya daerah.
“Kita berharap hasil sarasehan dan rekomendasi yang dihasilkan menjadi sumbangsih bagi Pemerintah Kota Gorontalo dalam mewujudkan pembangunan daerah yang berpedoman pada nilai falsafah adat dan budaya Gorontalo,” kata Marten Taha.
Sarasehan menampilkan para pembicara di antaranya Budayawan Gorontalo, Alim Niode, Sosiolog, Basri Amin, Ketua Dewan Pakar ICMI, Adnan, Ketua ICMI Gorontalo, Prof. Syamsu Qomar Badu, serta Sekretaris Daerah Kota Gorontalo, Ismail Madjid.(hasan/gopos)