GOPOS.ID, MARISA – Oknum guru di Sekolah Mengah Atas (SMA) Negeri 1 Buntulia, MK, angkat bicara soal dugaan penganiayaan 11 orang siswa pasca diadukan orang tua dan siswa ke Polres Pohuwato, Senin (19/9/2022). Ia menegaskan tindakan yang dilakukan terhadap 11 siswa kelas 10 dan kelas 11 tersebut hanya sebatas pembinaan dan tidak ada tindakan penganiayaan.
Kepada gopos.id, MK menceritakan, kejadian bermula pada saat upacara kenaikan bendera, Senin (19/9/2022) pukul 07.30 Wita. Saat itu, MK mendapat jadwal piket kerja saat upacara berlangsung. Saat sedang piket, MK mengetahui ada beberapa siswa tak mengikuti upacara. Para siswa tersebut bersembunyi di salah satu kamar mandi di sekolah.
“Pada saat itu saya berada di pintu gerbang sekolah. Lalu dipanggil salah seorang guru untuk mengecek siswa sedang bersembunyi,” ujar MK, Senin (19/09/2022).
Berita terkait: Diduga Aniaya 11 Siswa, Oknum Guru di Pohuwato Diadukan ke Polisi
MK mengungkapkan, saat dicek kamar mandi itu sudah terkunci oleh siswa. Hal itu membuat ia berinisiatif membujuk 11 siswa untuk keluar mengikuti upacara. Namun menurut MK, para siswa enggan membukanya hingga menunggu upacara bendera usai nanti.
“Melihat dorang (mereka-red) tidak membuka pintu, maka saya berinisiatif mengunci pintu utama kamar mandi, agar para siswa yang bersembunyi tidak keluar,” kata MK.
Setelah menunggu sekitar 30 menit, para siswa belum juga keluar dari dalam kamar mandi. Hal itu membuat MK mulai panik bercampur emosi. Apalagi saat salah seorang guru mengecek keberadaan mereka, dari ventilasi keluar asap rokok.
“Saya tidak tahu kalau di dalam itu ada banyak. Pada saat mereka keluar, saya mencoba menahan AH. Ia saya pegang tangannya, tetapi karena dia tetap berusaha meloloskan diri, maka saya langsung memegang kerah bajunya,” papar MK.
Lebih lanjut MK menegaskan tidak ada niat dirinya memukuli apalagi menganiaya para siswa. Para siswa justru hanya diberikan tindakan seperti menghormati bendera dan pembinaan agar mengikuti upacara ke depannya.
“Karena dia (Korban) mendapat kekerasan, teman-temanya juga dipukul agar semua mendapat hukuman yang sama. Setelah kejadian itu saya langsung mengundang perwalian para siswa masing-masing. Bahkan setiap siswa membuat surat pernyataan untuk tidak mengulanginya lagi,” tutup MK.(Yusuf/Gopos)