Pandemi Covidi-19 tak menjadi penghalang bagi masyarakat Gorontalo melaksanakan tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW. Kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan menjadi kunci utama.
Hasanuddin Djadin, Kota Gorontalo
Alunan dzikir menggema dari pengeras suara menara masjid. Silih berganti memecah kesunyian malam. Makin larut makin nyaring terdengar. Semalam suntuk hingga pagi menjelang.
Saat fajar menyinsing, masyarakat mulai berdatangan ke masjid. Membawa usungan berbentuk menara. Dihiasi aneka kue tradisional. Ada pula snack maupun makanan instan lainnya. Diarak ke masjid untuk didoakan. Selanjutnya dibagikan kepada pelantun dzikir serta jamaah.
Begitulah tradisi masyarakat Gorontalo merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sebagai daerah yang penduduknya mayoritas memeluk agama Islam, Gorontalo memiliki tradisi khas dalam memeringati Maulid Nabi Muhammad. Salah satunya tradisi walima dan dikili yang turun temurun dilaksanakan.
Tradisi walima dilaksanakan masyarakat Gorontalo dengan menyiapkan aneka kue tradisional. Seperti kolombengi, curuti, dan wapili. Selain itu ada pula telur rebus, serta sajian nasi kuning beserta lauk pauk. Aneka kue itu selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik panjang dan dihias pada kerangka (yang terbuat dari rotan/bambu) berbentuk menara. Selanjutnya walima dibawa ke masjid untuk didoakan.
Tradisi walima diawali dengan dikili (dzikir) yang digelar setelah salat isya. Dikili dilantunkan sepanjang malam hingga salat subuh. Usai salat subuh, dikili dilanjutnya dan diakhiri dengan doa bersama. Menjelang doa bersama, masyarakat mengantarkan walima ke masjid-masjid terdekat. Selanjutnya setelah doa bersama, sebagian walima dibagikan kepada jemaah dan pelantun dikili. Sementara sebagian lagi dibagikan kepada masyarakat.
Bagi masyarakat Gorontalo, kue walima yang telah didoakan diyakini akan membawa berkah. Tak heran, saat pembagian warga saling rebutan untuk mendapatkan walima.
Di tengah pandemi virus corona (Covid-19), tradisi walima tetap dilaksanakan oleh masyarakat Gorontalo. Namun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pandemi covid-19 membuat pelaksanaan tradisi walima harus disesuaikan dengan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. Langkah itu dilakukan agar pelaksanaan tradisi walima tidak menjadi kluster baru penyebaran Covid-19.
Kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan menjadi kunci penting dalam merawat tradisi di tengah pandemi. Hal itu dilaksanakan oleh para takmirul masjid serta panitia pelaksana tradisi walima di Gorontalo. Jamaah yang hendak melaksanakan dikili wajib menggunakan masker. Bahkan untuk masjid Agung Baiturrahim Kota Gorontalo turut melakukan rapid test bagi jemaah saat hendak masuk ke dalam masjid. Selanjutnya sebelum masuk masjid harus mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir.
Begitu pula pelaksanaan dikili. Bila sebelumnya dikili melibatkan jemaah dalam banyak, saat ini dibatasi.
“Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana peserta zikir hingga puluhan orang, tahun ini kita batasi hanya 10 orang,” ungkap Pengurus Takmirul Masjid Al-Muchlisin Kota Gorontalo, Rudin Rahim.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Gorontalo mengeluarkan edaran terkait kedisiplinan protokol kesehatan dalam pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ada beberapa poin diatur dalam surat edaran yang ditujukan kepada para takmirul masjid tersebut. Di antaranya tidak melaksanakan parade walima sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan ini ditempuh Pemkot Gorontalo untuk meminalisir adanya kerumunan banyak orang.
“Ini kesepakatan kita bersama dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19,” kata Wali Kota Gorontalo Marten Taha.
Di sisi lain, meski perayaan Maulid Nabi Muhammad tahun ini tak dilangsungkan parade walima, antusias warga untuk melangsungkan tradisi setiap 12 Rabiul Awal itu tak kunjung surut. Bagi masyarakat Gorontalo, tradisi yang telah turun temurun itu bukan hanya dimaknai secara seremonial semata. Makna utama perayaan walima adalah wujud syukur dan kegembiraan atas kelahiran junjungan Nabi Muhammad SAW.
“Alhamdulillah walaupun di tengah pandemi saat ini, kita tetap melaksanakan tradisi walima sebagai penghormatan sekaligus wujud syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW,” kata Iqbal, warga Dungingi, Kota Gorontalo.(***)