Namanya memang jarang dibicarakan, bahkan masih asing bagi sebagian kalangan. Namun sejumlah potensi yang dimiliki begitu melimpah. Dusun Waolo, begitulah namanya. Sebuah dusun yang terletak di pendalaman Desa Molotabu, Kecamatan Kabila Bone, Bone Bolango.
Wali Putra Tangahu, Waolo
Dusun Waolo menyimpan banyak cerita. Bukan hanya letaknya berada di pedalaman Desa Molotabu. Perjalanan menuju ke lokasi hingga kekayaan alam yang ada di dusun terakhir Desa Molotabu itu juga memiliki cerita sendiri.
Nama Dusun Waolo sendiri diambil dari nama Pohon Enau yang dalam bahasa Gorontalo disebut Waolo. Nama itu disematkan untuk Dusun Waolo karena di lokasi tersebut terhampar begitu banyak pohon enau.
Letaknya yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan membuat perjalanan menuju Dusun Waolo cukup menantang. Apalagi akses menuju ke lokasi Dusun Waolo hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Akses jalan yang masih setapak dan kadang mendaki membuat perjalanan cukup menguras tenaga. Hal itu dirasakan gopos.id, saat berjalan menuju ke Dusun Waolo, Sabtu (24/7/2021) pekan lalu.
Jalanan landai, lalu naik kemudian turun dan naik lagi, membuat adrenalin terpacu. Dalam beberapa kesempatan, gopos.id, harus rehat sejenak untuk melenturkan otot kaki yang terasa kram berjalan panjang. Tak ada petunjuk khusus untuk menuju ke lokasi Dusun Waolo. Tetapi tak perlu khawatir, ada saja beberapa warga yang akan turun maupun naik ke gunung tersebut yang bisa dijadikan sebagai penuntun kita untuk sampai ke tempat tujuan. Ditambah lagi dengan adanya beberapa rumah penduduk yang dapat dijadikan sebagai tempat bertanya ke mana arah menuju puncak, Dusun Waolo.
Di sepanjang perjalanan kita akan disuguhkan dengan beberapa anak sungai yang bisa digunakan merendam kaki untuk mengurangi pegalnya berjalan. Air pegunungan yang sejuk membuat suasana terasa rileks. Di beberapa anak sungai tersebut dapat digunakan sebagai tempat spot foto. Dalam perjalanan dapat juga dijumpai beberapa alat yang digunakan masyarakat sekitar untuk mengolah hasil tambang.
Baca juga: Seorang Warga Binaan Menikah di Dalam Lapas Gorontalo
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang dua jam lamanya, gopos.id akhirnya sampai di puncak Dusun Waolo. Saat sampai di puncak, kita akan menjumpai sebuah masjid, sekolah serta pondok milik kepala dusun yang disebut podu. Keramahan warga setempat menyambut setiap yang datang menjadi pelepas penat lamanya perjalanan.
Kepala Dusun Waolo, Mudasir R Marjal, mengatakan saat ini jumlah Kepala Keluarga yang berada di dusun Waolo berjumlah 78 KK. Dari KK yang ada tak semua tinggal di rumah atau pondok mereka. Beberapa di antaranya yang menetap lalu pulang ke keluarga yang lain.
“Setiap pondok, bisa dihuni oleh 3-4 orang saja,” jelasnya.
Untuk penerangan kala malam hari, mayoritas penduduk Dusun Waolo menggunakan penerangan listrik yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sementara untuk ketersediaan air bagi masyarakat Dusun Waolo tersedia cukup melimpah.
“Masyarakat tak khawatir soal kekurangan air, alhamdulillah tersedia melimpah,” ujar Mudasir yang menjabat sejak 2016.
Mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani. Seperti petani jagung, kacang tanah, buncis, maupun cabai. Selain bertani ada juga beberapa masyarakat yang melakukan penambangan di sekitar area gunung untuk menambah penghasilan.
“Soal izinnya sendiri tak ada. Ini sudah menjadi mata pencaharian lama masyarakat, namun untuk sekarang hasilnya sudah tak seperti dulu lagi,” terang Mudasir.
Berbicara mengenai akses pendidikan, dusun tersebut hanya memiliki sebuah Sekolah Dasar yang digunakan oleh anak-anak sekitar dusun untuk belajar, biasa guru yang datang sampai seminggu 4 kali. Akan tetapi setelah Pandemi Covid-19 ini sudah jarang, serta proses pembelajaran yang dibatasi hanya sejam saja.
“Di sini kurang lebih lima tenaga pengajar diantaranya tenaga kontrak dan PNS (Pegawai Negeri Sipil),” katanya.
Akses kesehatan di Dusun tersebut terbilang cukup sulit, pasalnya para petugas kesehatan juga harus menempuh akses jalan yang terbilang belum memadai.
“Biasanya kalau sebelumnya Pandemi sebulan itu bisa empat kali datang para tenaga kesehatannya namun saat ini tinggal sebulan sekali,” katanya.
Namun, dusun ini juga pernah didatangi di antaranya seperti Bupati Bone Bolango, Hamim Pou serta Istri Wakil Gubernur Gorontalo Ida Syaida Rusli Habibie. Beberapa warga di dusun ini pernah menerima bantuan.
Mudasir menyampaikan yang menjadi kendala saat ini hanyalah jalan yang kurang memadai, dirinya sudah beberapa kali mengajukan proposal dan mengajukan bantuan ke pemerintah.
“Saya hanya mengaharapkan adanya akses jalan yang baik disini selain itu soal rumah layak huni sebagian masyarakat menginginkan hal itu juga,” harapnya.
Terlepas dari semua hal di Dusun ini, tersimpan hal menarik di dalamnya yakni terdapat air terjun yang bisa dibilang menjadi ikon dari Dusun ini, Air Terjun yang tingginya Sekitar 20 Meter ini bisa dijadikan sebagai tempat wisata para adventure. Air terjun tersebut masih sangat alami. walau tak seluas air terjun pada umumnya para pengunjung bisa berfoto sambil menikmati keindahan air terjun.(Putra/gopos)