Selain menjadi tempat ibadah dan pusat pembinaan umat islam. Masjid sudah seharusnya menjadi solusi berbagai persoalan umat. Pengelolaan keuangan masjid menjadi faktor penentu keberhasilan masjid sebagai tempat pembinaan sekaligus solusi persoalan umat.
Muhammad Arif, Yogyakarta
Waktu sudah menunjukan pukul 11.45 WIB. Beberapa menit lagi sudah akan memasuki waktu salat Zuhur. Seperti pada masjid kebanyakan, Masjid Jogokariyan mulai didatangi jemaah yang akan melaksanakan salat zuhur berjamaah. Sekilas tidak ada yang istimewa dari masjid yang berada di tengah-tengah perkampungan padat penduduk di Kampung Jogokariyan, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta. Dari bentuk bangunan, masjid yang berdiri sejak tahun 1966 ini sama seperti masjid yang ada di kampung-kampung pada umumnya. Uniknya, meski terletak di tengah-tengah perkampungan masjid ini tidak pernah sepi dari jamaah.
Hal unik lain yang kami lihat saat pertama kali mengunjungi masjid tersebut ada sejumlah ibu-ibu yang sedang duduk santai. Senyum riang menghiasi wajah mereka sembari melipat kardus tempat takjil buka puasa. Proses melipat kardus ini melibatkan sedikitnya 6 orang ibu-ibu. Pelipatan tempat takjil ini melibatkan cukup banyak orang mengingat porsi takjil yang disediakan oleh Masjid Jogokariyan terbilang di atas rata-rata. Setiap harinya selama Ramadan, Masjid Jogokariyan menyediakan 2.000 porsi buka puasa.
Kesibukan ibu-ibu lainnya tampak di bagian belakang Masjid. Kalau yang di depan sibuk menyiapkan kardus untuk tempat takjil, ibu-ibu yang di belakang sedang asyik menanak nasi yang nanti akan dibagikan kepada seluruh jamaah saat buka puasa. Proses ini juga melibatkan bapak-bapak.
Keunikan lain yang bisa kita lihat saat memasuki masjid ini adalah Poliklinik dan badan usaha milik masjid yang berada di lantai bawah masjid. Ada juga Kantor Sekretariat Takmirul masjid. Letekanya tepat di sebelah Poliklinik. Di dalam masjid terdapat pula ratusan cinderamata dari berbagai kalangan.
Salah seorang pengurus Takmirul Masjid Jogokariyan, Sudi Wahyono, mengatakan ratusan cinderamata yang dipajang itu hasil pemberian dari orang-orang atau lembaga takmirul yang hendak belajar tentang pengelolaan keuangan masjid di Masjid Jogokariyan.
Keunikan Masjid Jogokariyan sudah fenomenal. Hal yang paling unik dari masjid ini adalah saldo kas masjidnya yang tidak pernah tersisa. Sudi Wahyono menuturkan, setiap harinya masjid Jogokariyan mengelola Rp15 juta uang jemaah. Uang tersebut oleh Takmirul Masjid Jogokariya dialokasikan sepenuhnya untuk kepentingan jamaah.
“Kami takmirul masjid bukan tempat pengumpul uang. Uang yang jamaah dari jamaah harus segera disalurkan agar cepat jadi amal saleh,” tutur Sudi Wahyono kepada gopos.id, Selasa (20/04/21)
Pria yang akrab disapa Yono itu menuturkan, dalam setiap Jumat, sedikitnya sumbangan yang masuk ke kas masjid sebesar Rp15 juta. Dalam sebulan hasil dari infak parkir juga mencapai Rp15 juta. Jumlah ini belum termasuk infak subuh dan sumber keuangan masjid lainnya. Meskipun mengelola infak jamaah yang banyak, sambung Yono, pihak takmirul masjid tidak ada yang digaji. Dirinya mengatakan, yang digaji hanyalah petugas kebersihan masjid.
“Kami melayani semua jamaah yang ada di sini. Bagaimana caranya orang yang datang ke masjid ini merasa senang dan merasa terlayani dengan baik. Jamaah yang punya hutang kepada rentenir kami bantu untuk melunasinya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Yono menuturkan, masjid Jogokariyan juga mengelola penginapan di lantai 3 masjid. Tarif bermalam dikenakan Rp150 ribu per malam. Di luar bulan ramadan, setiap jumat ada 500-1000 nasi bungkus yang dibagikan setiap bada salat jumat. Fasilitas lain yang bisa digunakan jamaah yakni ada Wi-fi gratis 24 jam.
“Selama ramadan, pihak masjid juga menyediakan layanan tes genose kepada masyarakat dan jamaah dengan ketentuan kuota maksimal setiap pagi pukul 07.00-10.00 45 orang dan malam mulai pukul 20.00-22.00 dengan kuota 25 orang. Setiap jamaah yang melakukan tes genose dibebankan biaya infak sebesar Rp15 ribu. Infaq dari jamaah itulah yang digunakan untuk membeli alat tes,” tuturnya.
Keuangan masjid yang banyak dan menumpuk bisa menjadi penyebab jamaah malas berinfaq. Tapi, jika keuangan masjid sedikit dan dikelola dengan baik jamaah akan tergerak untuk berinfaq. (***)