GOPOS.ID, ATINGGOLA – Salah satu instrumen penting yang membuat masyarakat antusias menyambut pelaksanaan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) adalah bersatunya masyarakat dengan komponen TNI yang bahu-membahu membangun desa sekaligus membuka wawasan keilmuan bagi masyarakat Desa.
Hal itu dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan Satgas TMMD di Desa Ilomata Kec. Atinggola Kab. Gorontalo Utara. Salah satunya dapat dilihat dari antusias masyarakat mengikuti secara serius. Kegiatan sosialisasi bahaya Radikalisme yang dilaksanakan Satgas TMMD, di desa tersebut.
Dihadapan puluhan warga yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan perwakilan gender. Pemateri Sertu Nasrun D. Piohu yang mewakili Pasi Intel Dim 1304/Gorut menjelaskan. Radikalisme akhir-akhir menjadi isu yang ramai dibicarakan di tataran nasional.
Radikalisme sangat kental dengan kekerasan atau dengan kata lain ekstrim kiri dan ekstrim kanan. Sertu Nasrun D. Piohu pada kesempatan itu menguti pernyataan Profesor Nartya Hosen bahwa radikalisme dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu .
Baca juga: Satgas TMMD Sosialisasi Wawasan Kebangsaan di Desa Ilomata
Pertama, Kelompok Takfiri yakni kelompok yang mengatasnamakan bahwa merekalah kelompok yang paling benar dalam ajaran agama.
Kedua, Kelompok Jihadi adalah kelompok yang lebih di atas dari kelompok yang pertama (Kelompok Takfiri-red). Kelompok ini tidak segan-segan membunuh karena mereka yang menganggap paling benar dari yang lainnya.
Ketiga, kelompok Ideologi adalah kelompok yang merongrong ideologi Pancasila.
Munculnya kelompok-kelompok yang menganut paham radikalisme tersebut menurut Nasrun D. Piohu, disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya, masih kurangnya ilmu pengetahuan dan tingkatan pendidikan di kalangan amsyarakat.
terlebih faktor ekonomi yang masih di bawah sntandar serta ilmu agama yang disalahsafsirkan sehingga jauh dari hakekat ajaran yang sebenarnya.
Menurutnya, untuk memperkecil penyebaran ajaran radikalisme sangat dibutuhkan peran bersama untuk memonitor kegiatan anggota keluarga dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, dakwah dan pengajian jangan sampai ada yang menyimpang jauh dari ajaran agama.
Selain itu, memonitoring berbagai macam status atau ujaran-ujaran yang diungkap melalui media sosial. Serta pentingnya memonitoring penceramah atau pendakwah. Jangan sampai menyebarkan, paham radikalisme yang justru menyimpang dari hakekat ajaran agama.
Di tempat terpisah Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) TMMD, Letkol (Arm) Firstya Andrean Gitrias mengatakan, kegiatan sosialisasi bahaya Radikalisme ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali masyarakat. Itu tentang pentingnya mewaspadai bahaya penyebaran ajaran radikalisme yang dapat merongrong keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kewaspadaan masyarakat sangat penting untuk menangkal adanya ajaran-ajaran yang menyimpang yang menjadi pemicu munculnya benih-benih radikalisme di tengah masyarakat.
Mewaspadai bahaya radikalisme lanjut Dandim 1314 Gorontalo Utara ini, tidak hanya menjadi tugas aparat TNI dan Polri tapi juga membutuhkan peran dan dukungan masyarakat.
“Kita memiliki kepentingan yang sama, bahwa radikalisme di manapun dapat merongrong semangat persatuan dan kesatuan yang justru sangat penting di tengah upaya membangun dan memeprtahankan keutuhan NKRI” ujarnya seraya mengharapkan agar masyarakat yang mengikuti kegiatan ini dapat mensosialisasikannya di tengah masyarakat dan keluarga. (isno/gopos)