GOPOS.ID, PAPUA – Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid mengajak seluruh pengurus Nahdlatul Ulama (NU) di Papua untuk menyebarkan perdamaian secara inklusif. Ia menyebut, terdapat perbedaan budaya antara di Papua dan Jawa.
“Di sini NU sebagai muslim merupakan minoritas di antara agama-agama yang lain. Oleh karena itu, penting bagi NU untuk menyebarkan perdamaian yang inklusif kepada seluruh anak bangsa yang ada di sini,” kata Yenny, saat kunjungannya ke PWNU Papua, Jum’at (1/10/2021) lalu.
Yenny mengingatkan cara yang digunakan oleh Gus Dur dahulu saat mengayomi masyarakat Papua. Gus Dur menghormati perbedaan yang ada tanpa rasa saling bermusuhan satu sama lain.
“Perintah agama dalam Islam sangat jelas, bahwa perbedaan harus disikapi dengan rasa ingin tahu untuk saling mengenal dan menghormati, bukan untuk saling bermusuhan dan membenci,” imbuh cicit pendidiri NU, Kiai Hasyim Asy’ari ini.
Yenny menambahkan, NU harus terbiasa mengelola perbedaan menjadi hal yang biasa dan lumrah. Dengan sikap seperti itu akan menciptakan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari.
Menanggapi ajakan dari Yenny Wahid, Ketua PWNU Papua, Tony Vivtor Mandawiri berkomitmen akan terus menyebarkan nilai-nilai yang telah telah dijanjikan oleh Gus Dur. Pihaknya juga mempunyai wadah untuk perbedaan yang ada di Papua.
“Di sini terdapat sekolah bersama yang merupakan gabungan beberapa organisasi masyarakat yang sudah berjalan sejak lama. Bahkan, terdiri mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi,” ujarnya.
Kehadiran anak kedua Gus Dur ini di Papua, disambut dengan hangat oleh masyarakat Papua. Turut serta juga tokoh-tokoh Islam yang lain di Bumi Cendrawasih tersebut. Mereka saling berdiskusi kurang lebih selama dua jam. (mt/gopos)