GOPOS.ID, JAKARTA – Korban meninggal akibat bencana tsunami di Selat Sunda, Banten, terus bertambah. Hingga Selasa (25/12) pukul 13.00 WIB, korban meninggal tercatat 429 orang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi korban meninggal bisa bertambah. Sebab, pencarian korban masih terus berlangsung.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, selain 429 korban meninggal, ada sebanyak 1.485 orang mengalami luka-luka.
“154 orang dinyatakan hilang, dan 16.082,” ujar Sutopo.
Menurut Sutopo, bencana tsunami berdampak pada lima kabupaten. Yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banteng, Kabupaten Lampung Selatan, Pesawan dan Tenggamus di Provinsi Lampung
“Dari lima kabupaten itu, dampak terparah dialami Kabupaten Pandeglang. Sebanyak 290 orang meninggal. 1.143 luka-luka. 77 orang hilang dan 14.395 orang mengungsi,” tutur pejabat kelahiran 1969 itu.
Selain korban jiwa, kerusakan umum antara lain 882 unit rumah. 60 warung/toko rusak. 434 perahu/kapal rusak, dan 24 kendaraan rusak.
“Banyak juga jalan dan jembatan yang rusak akibat terjangan tsunami. Kondisi itu cukup yang menghambat akses distribusi dan tim evakuasi melakukan pencarian,” terang Sutopo.
Baca Juga: Foto Udara Dampak Tsunami Selat Sunda, Begini Penampakannya
Sementara itu Presiden Joko Wido mengemukakan, tsunami di Selat Sunda terjadi di luar perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Sehingga masyarakat tak memiliki kesiapan menyelamatkan diri.
Terkait hal itu, Presiden Jokowi menyatakan telah memerintahkan BMKG untuk memperbarui peringatan tsunami.
“Ke depan saya sudah perintahkan juga ke BMKG untuk membeli alat-alat early warning system,” kata Jokowi saat berkunjung ke Pandeglang, Senin (24/12/2108) dilansir laman Sekretariat Kabinet.
Jokowi berharap dengan peralatan tersebut bisa memberikan peringatan secara dini.
“Sehingga masyarakat bisa,” katanya.
Baca Juga: Tsunami di Pantai Barat Banten Tidak Dipicu Gempabumi
Lebih lanjut Jokowi mengaku, telah menginstruksikan jajaran terkait memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum pendidikan. Upaya itu dilakukan agar masyarakat mendapatkan pengetahuan sejak dini terkait kebencanaan. Sehingga dapat meminimalisir jumlah korban.
“Sudah saya perintahkan (memasukkan pendidikan kebencanaan ke kurikulum),” kata Jokowi.(adm-02)