Keterbatasan tidak selamanya menjadi sebuah halangan untuk menghasilkan karya luar biasa. Narman, seorang pemuda Baduy telah membuktikan. Keterbatasan yang dimiliki mampu diubah menjadi keunggulan. Melalui Baduy Craf, Narman berhasil memperkenalkan kerajinan masyarakat Baduy secara lebih luas.
Wali Putra Tangahu, Gorontalo
Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dikenal sangat memegang teguh kemurnian budaya leluhur. Kearifan ini diwarisi secara turun menurun di kalangan warga Baduy. Mereka hidup sederhana dan begitu menjaga alam sebagai sumber kehidupan mereka.
Bermukim jauh dari wilayah perkotaan tidak lantas membuat Suku Baduy meninggalkan aktivitas ekonomi. Selain bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat Baduy juga memiliki ketrampilan dalam membuat kerajinan tangan atau handicraft. Beberapa produk handicraft masyarakat Baduy yang populer adalah kain tenun, tas kepek, serta aksesoris. Hanya saja pemasaran produk-produk kerajinan tersebut masih terbatas. Dalam artian transaksi atas produk kerajinan berlangsung ketika ada masyarakat yang datang ke perkampungan masyarakat Baduy.
Berangkat dari kondisi tersebut, pada 2016 seorang pemuda Baduy, Narman berinisiatif memperkenalkan produk kerajinan atau handicraft masyarakat Baduy ke masyarakat yang lebih luas. Langkah itu diawali Narman dengan memanfaatkan media sosial Instagram. Lewat akun Baduy Craft, Narman memperkenalkan produk-produk kerajinan masyarakat Baduy.
Selain lewat Instagram, Narman ikut memasarkan produk kerajinan khas masyarakat Baduy melalui marketplace dengan akun yang sama dengan di Instagram, Baduy Craft.
Langkah Narman yang mempromosikan kerajinan masyarakat Baduy melalui media sosial Instagram dan marketplace berdampak positif. Banyak masyarakat yang tertarik dan kemudian membeli produk kerajinan masyarakat Baduy yang ditampilkan Nurman.
“Saat itu saya buka di Tokopedia, dan Bukalapak. Tujuannya lebih memudahkan masyarakat yang tertarik dengan produk kerajinan masyarakat Baduy,” ujar Narman pada diskusi virtual Good Movement “Inspirasi dari Kisah Sukses”: Membangun Masa Depan Melalui Kewirausahaan Bersama Penerima SATU Indonesia Awards, yang diselenggarakan GNFI Academy, Senin (2/10/2023).
Selain memanfaatkan media sosial dan marketplace, promosi serta pengenalan produk masyarakat Baduy dilakukan Narman melalui pameran di beberapa daerah potensial. Di antaranya di Jakarta, dan Depok.
Narman berinisiatif mengikuti pameran untuk menyasar konsumen yang ingin melihat langsung produk kerajinan masyarakat Baduy. Ketika mendengar ada iven bernuansa Nusantara, Narman lalu menghubungi pihak panitia. Ia meminta agar dapat ikut berpartisipasi dalam pameran tersebut dengan menampilkan produk kerajinan masyarakat Baduy.
“Saya cari iven organiser yang bertema nusantara, saya daftar sendiri, bayar sendiri. Di beberapa iven ada yang bantu saya buka stand, dan saya berhasil memasarkan produk-produk masyarakat baduy di pameran,” tutur Bapak dua anak ini.
Menurut Nurman, lewat pameran ia bertemu langsung dengan para konsumen. Hal itu meningkatkan exposure akan produk kerajinan masyarakat Baduy.
“Lebih banyak orang tahu. Ternyata di badui banyak produk bagus-bagus. Saya sendiri mendapat kebanggaan di situ, dan dampak positif teman-teman keluarga terbantu dengan pemasaran,” tutur Narman.
Langkah Narman yang membuka cakrawala pemasaran kerajinan masyarakat Baduy melalui internet memberikan banyak manfaat. Berbagai produk kerajinan masyarakat Baduy kini bisa dijual secara lebih luas. Manfaat ekonomi turut pula dirasakan oleh para perajin Baduy.
Otodidak Belajar Internet dan Media Sosial
Penggunaan internet dan media sosial bagi kebanyakan masyarakat merupakan hal yang biasa. Bahkan ada sebagian masyarakat yang aktivitasnya sangat terkait erat dengan internet ataupun media sosial.
Namun hal itu tak dialami Narman. Peraturan adat masyarakat Baduy yang membatasi interaksi dengan teknologi dan kehidupan modern, membuat Narman sangat minim informasi tentang teknologi internet dan media sosial. Meski pada 2016, Narman dan beberapa temannya di Baduy luar sudah memiliki telepon seluler. Tetapi penggunaannya hanya sebatas berkomunikasi saja.
Tekad kuat untuk memasarkan produk kerajinan masyarakat Baduy secara lebih luas mendorong Narman untuk belajar internet. Secara otodidak, Narman membaca dan mencari wawasan tentang dunia internet. Lewat cara otodidak itu akhirnya Narman menemukan inspirasi memperkenalkan produk kerajinan masyarakat Baduy melalui media sosial.
“Saat itu lagi trending bikin akun Instagram. Maka saya pun brand yang namanya Baduy Craft. Dengan adanya brand tersebut, produk yang sebelumnya susah dipasarkan menjadi lebih gampang karena pemasarannya yang lebih luas,” urai Narman.
Narman mengakui banyak hal yang dipelajarinya sebelum memutuskan membangun branding Baduy Craft. Di antaranya belajar memotret produk agar tampil menarik hingga memahami alogaritma Instagram. Selain itu dukungan narasi yang baik juga memberikan pengaruh signifikan dalam memperkenalkan produk kepada masyarakat dan konsumen.
“Kebetulan sebelumnya saya sudah bisa membuat narasi. Hal tersebut sangat berguna untuk mempercantik tampilan Instagram saya,” ungkap Narman.
Ketentuan Adat dan Akses Internet
Perjalanan Narman mengenalkan produk kerajinan masyarakat Baduy melalui Baduy Craft bukan tanpa tantangan dan halangan. Berbagai tantangan dihadapi Narman. Salah satunya berkaitan dengan ketentuan adat berupa penggunaan smartphone.
Di kalangan masyarakat Baduy, penggunaan smartphone merupakan larangan karena termasuk teknologi modern. Penggunaan teknologi modern dikhawatirkan dapat merusak tatanan adat dan kehidupan masyarakat Baduy.
“Di awal-awal memulai, saya mendapat teguran dari tokoh adat bahwa apa yang saya lakukan itu baik. Tetapi saya harus ingat yang saya pakai (handphone) itu nggak boleh (melanggar adat),” ungkap Narman.
Narman lalu menjelaskan bila ia menyadari betul langkahnya menggunakan handphone adalah melanggar. Narman lalu meyakinkan kepada tokoh adat tersebut bila dirinya menggunakan handphone untuk membantu memperkenalkan produk kerajinan yang dibuat masyarakat Baduy.
“Saya menyampaikan ini ada sisi positifnya. Saya coba memanfaatkannya, saya bukan untuk gaya-gayaan. Bukan ikut dengan kemajuan dunia luar, tidak berencana seperti itu. Saya akan tetap menjadi masyarakat adat Baduy yang taat aturan. Yang nggak baik saya nggak ambil,” ungkap Narman.
Narman menegaskan dirinya tak akan pernah melupakan atau meninggalkan ketentuan adat. Ia sangat menghormati ketentuan adat masyarakat Baduy.
“Bukan berarti saya menghancurkan adat, tetapi kita melihat sesuatu yang bisa dimaksimalkan. Disesuaikan dengan ketentuan adat,” tegasnya.
Di sisi lain, akses internet yang dibatasi di wilayah masyarakat Baduy menjadi menjadi tantangan yang dihadapi Narman. Pemasaran melalui media sosial dan marketplace sangat bergantung pada internet. Sementara untuk bisa mengakses internet, Narman harus menuju ke wilaya perbatasan.
“Mau nggak mau jalan kaki jalan ke perbatasan, ke pintu masuk Baduy. Di situ baru bisa akses internet dan update konten,” aku Narman.
Terdampak Pandemi
Situasi pandemi yang melanda Tanah Air pada 2020 ikut berdampak berbagai aktivitas perekonomian. Hal itu ikut dirasakan Narman dalam mengembangkan Baduy Craft. Narman mengaku selama pandemi, omzet yang diperoleh mengalami penurunan.
Sejumlah kegiatan pameran yang sebelumnya digelar di beberapa daerah potensial terpaksa berhenti. Demikian pula permintaan melalui marketplace ikut mengalami penurunan.
Menurut Narman, mayoritas konsumen yang membeli produk di Baduy Craft digunakan untuk iven berkaitan Nusantara. Baik perkantoran, sekolah, maupun iven-iven khusus.
“Permintaan kita lebih banyak berkaitan dengan iven, khususnya bertema Nusantara. Nah pada saat pandemi, iven-iven ditiadakan. Hal itu berdampak signifikan terhadap permintaan dan penjualan produk,” kata Narman.
Selama masa pandemi, Narman benar-benar mengalami lockdown. Usaha yang dikembangkan tidak berjalan sebagaimana sedia kala.
“Dua tahun produk kita tak laku,” ujar Narman.
Setelah masa pandemi, Narman mencoba kembali bangkit. Namun tantangan yang dihadapi makin bertambah. Perubahan algoritme media sosial telah jauh berbeda dari sebelumnya.
“Algoritme media sosial sekarang ini telah berkembang dan berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Saya masih terus belajar untuk menyesuaikan perkembangan,” kata Narman.
Penghargaan SATU Indonesia Awards
Kegigihan Narman untuk mengangkat perekonomian masyarakat perajin Baduy membawa dirinya dinobatkan sebagai penerima penghargaan Sinergi Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Bidang Kewirausahaan pada 2018. Penghargaan tersebut sama sekali tak terpikirkan oleh Narman. Sebab baginya usaha yang dijalankan semata-mata untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Baduy.
“Keluarga saya, teman-teman banyak yang membuat produk kerajinan. Tetapi akses pasarnya terbatas. Makanya lewat Baduy Craft ini saya membuka pemasaran secara lebih luas,” kata Narman.
Apresiasi SATU Indonesia Award bagi Narman menjadi sebuah motivasi besar. Terutama brand Baduy Craft semakin dikenal banyak orang.
“Anugerah SATU Indonesia Award ini sangat berdampak, saya sendiri lebih bersemangat. Dengan itu keluar energi baru dan memotivasi untuk terus berinovasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik ke depan,” tutur Narman.
Selain menginspirasi diri sendiri, keberhasilan Narman memperkenalkan produk kerajinan masyarakat Baduy secara lebih luas ikut dirasakan teman-temannya sesama masyarakat Baduy.
“Banyak orang yang ikut terlibat, sebagai pemasok atau perajin. Semua senang karena bisa menyalurkan kegiatan kreatifnya,” ucap Narman.
Narman menyadari bila persaingan dalam memasarkan produk kerajinan masyarakat Baduy semakin hari semakin berat. Karena itu Narman tidak hanya berpusat pada promosi produk melalui media sosial dan marketplace saja. Ia berencana mengembangkan pariwisata yang diharapkan bisa bersinergi dengan pemasaran produk kerajinan Baduy.
“Selain produk saya juga mempromosikan wisata, bikin paket wisata. Tujuannya meningkatkan pengujung dan menyerap tenaga kerja,” ungkap Narman.(***/gopos)