GOPOS.ID, GORONTALO – Keberlanjutan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap IV sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah. Dibalik itu, beberapa pertimbangan harus diperhatikan pemerintah dalam melanjutkan PSBB di provinsi Gorontalo.
Pengamat kebijakan publik Gorontalo, Dr. Bala Bakri mengungkapkan bahwa wabah Covid-19 membuat seluruh orang menjadi dilema. Tugas berat bukan hanya berada di tangan pemerintah.
Tetapi juga seluruh sektor yang bergerak dalam roda pertumbuhan ekonomi di daerah. Adanya wabah Covid-19 sendiri memberi kebijakan pemerintah seperti dua sisi mata uang.
Berbuat salah, tidak berbuat salah. Namun langkah PSBB yang sudah berlaku tiga tahap di Gorontalo patut menjadi pertimbangan untuk PSBB berikutnya. Sebab menurutnya dua kondisi yang harus dipilih pemerintah.
Pertama tentang kesehatan, kedua tentang ekonomi. Dua pilihan ini bisa mematikan. Di kesehatan orang bisa meninggal akibat Covid-19, di ekonomi orang bisa mati kelaparan karena tidak ada persediaan pangan atau lapangan pekerjaan. Kondisi ini nantinya akan berimbas kepada hal-hal yang tidak kita inginkan.
“Pilihan itu ada di pemerintah sekarang. Kalau pemerintah berfokus kepada kesehatan, maka upaya yang dilakukan adalah menekan angka penularan Covid-19 di Provinsi Gorontalo. Dengan resiko banyak warga yang kelaparan, tidak ada pekerjaan, pelaku usaha bangkrut dan sebagainya,” ucap Bala.
Ketika berfokus kepada ekonomi, maka Herd Immunity yang mulai di kampanyekan pemerintah pusat sampai ke daerah-daerah.
Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu.
Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar karena tidak banyak orang yang dapat terinfeksi. Itu artinya hanya mereka yang memiliki imunitas yang kuat yang akan bertahan.
“Tetapi saya tidak ingin pemerintah mengambil salah satu dari opsi itu. Melainkan mengambil jalan tengah. Artinya kesehatan tetap diutamakan, tetapi tidak mengambaikan ekonomi di daerah. Begitu sebaliknya fokus di ekonomi tetapi tidak mengambaikan kesehatan,” tutur dosen di salah satu perguruan tinggi di Gorontalo itu.
Caranya seperti apa? Yang saat ini telah dibuat oleh pemerintah itu sendiri, yakni New Normal Life atau tatanan hidup baru.
Baca juga: PSBB di Gorontalo Mulai Longgar, Siap New Normal Life?
Menurut Bala Bakri, konsep-konsep dalam new normal bukanlah hal baru. Tetapi sudah menjadi kebiasaan orang dulu. Namun diera kini, mencuci tangan, pakai masker dianggap orang adalah hal baru. Padahal kebiasaan-kebiasaan itu sudah ada sejak lama.
“Di Makassar itu dulu orang sebelum masuk rumah harus memang cuci tangan, cuci kaki. Orang pakai masker dulu juga seperti itu. Hanya sekarang karena kita sudah mengambaikan kesehatan. Datang yang namanya Corona. Kita baru sadar pentingnya cuci tangan, pakai masker. Padahal langkah-langkah itu sejak dulu sudah dikampanyekan. Dulu ada yang namanya pola hidup sehat. Makan makanan bergizi, sayur buah, jaga kesehatan. Corona kita diingatkan lagi dengan hal itu,” tutur Bala.
Sehingga kehidupan New Normal bukan menjadi satu penghambat aktivitas seseorang. Hanya saja di massa pandemi seperti ini pemerintah harus lebih aktif dalam bersosialisasi.
Libatkan seluruh sektor, aparat keamananan masyarakat, hingga insan pers untuk intens untuk gerakan sosialisasi.
“Bagi saya tak perlu lagi kita berlanjutkan PSBB sampai ke tahap IV. Kasihan juga ekonomi daerah ini. Nanti akan muncul orang miskin baru. Yang perlu diperkuat dan diperketat saat ini adalah protokol kesehatan. Setiap tempat belanja harus dijaga ketat keamanan. Dalam satu riteal hanya boleh 50 persen dari jumlah pelanggan. Serta kedisiplinan dari warga itu sendiri. InsyaAllah, kesehatan kita bisa tekan angka pertumbuhan kasus Covid-19. Stabilitas ekonomi kita bisa terjaga,” tandasnya. (andi/gopos)