GOPOS.ID, GORONTALO – Universitas Bina Taruna (UNBITA) Gorontalo terus menunjukkan komitmennya dalam menjawab kebutuhan tenaga kesehatan profesional, khususnya di bidang promosi kesehatan. Melalui program studi baru Promosi Kesehatan (D4), UNBITA hadir sebagai pelopor pendidikan vokasi kesehatan berbasis digital di Provinsi Gorontalo.
Kaprodi Program Promosi Kesehatan UNBITA Gorontalo, Sry Ade Muhtya Gobel menjelaskan, program ini dirancang secara khusus untuk mencetak promotor kesehatan profesional. Menurutnya, profesi promosi kesehatan saat ini masih sangat langka di Gorontalo, padahal kebutuhan akan tenaga ini terus meningkat dalam ruang lingkup masyarakat.
“Program studi ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tenaga promosi kesehatan yang sangat minim di Gorontalo. Fokusnya adalah mencetak lulusan yang mampu menjadi edukator, komunikator, hingga advokator kebijakan kesehatan masyarakat,” jelas Sry Ade.
Keunggulan utama program ini adalah pendekatannya yang berbasis digital dan fokus pada pemberdayaan masyarakat yg menyesuaikan dengan kearifan lokal. Mahasiswa tidak hanya dibekali teori, tetapi juga keterampilan yang baik dalam membantu mengedukasi kesehatan diberbagai instansi melalui konten edukatif di media sosial, hingga menyusun strategi advokasi yang baik.
“Kami ingin lulusan kami mampu hadir di tengah masyarakat dengan pendekatan yang relevan dan efektif. Edukasi kesehatan saat ini bukan lagi sekadar teks, tetapi visual yang menarik dan tepat sasaran. Maka dari itu, pendekatan digital menjadi penting,” lanjut Sry Ade.
Secara akademik, Program Promosi Kesehatan ini didesain dengan komposisi 70–80 persen praktik dan 20–30 persen teori, serta diakhiri dengan Uji Kompetensi Profesi (UKOM). Lulusan program ini nantinya akan menyandang gelar Sarjana Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes) atau Diploma 4 atau yang setara dengan Sarjana, namun lebih dominan ke praktik dan lapangan.
Kata Sry, program ini juga menjalin kolaborasi erat dengan berbagai lembaga seperti BKKBN, BNN, BPJS, rumah sakit, hingga Dinas Kesehatan. Sejak dibuka tahun 2024, program studi mencatat lonjakan peminat hingga 292,86 persen.
“Kami bukan hanya sekadar mencetak lulusan sarjana terapan , tetapi seorang promotor kesehatan yang mampu mengedukasi, menyuluh, dan mengadvokasi kebijakan kesehatan masyarakat. Ini adalah profesi masa depan yang sangat dibutuhkan di Indonesia, khususnya di daerah,” pungkasnya.
Dengan kurikulum yang adaptif, dukungan teknologi, dan jejaring kuat dengan sektor kesehatan, UNBITA berharap program ini bisa menjadi solusi atas kurangnya tenaga promosi kesehatan di daerah, serta menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya di kawasan Indonesia Timur. (Rama/Gopos)