GOPOS.ID, POHUWATO – Penyakit Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Lebih dari 724.000 kasus Tuberkulosis baru ditemukan pada tahun 2022, dan jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus pada tahun 2023.
Adapun untuk wilayah Provinsi Gorontalo berjumlah 2.780 kasus pada tahun 2021 dan khususnya Kabupaten Pohuwato berjumlah 374 kasus pada tahun 2022.
Meskipun telah tersedia pengobatan yang efektif, penyebaran TB masih menjadi tantangan besar, terutama karena rendahnya kepatuhan masyarakat dalam mengonsumsi obat TB. Oleh karena itu dibutuhkan Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk mengawasi penderita agar lebih patuh dalam meminum obat, karena pengobatan TB membutuhkan jangka waktu yang panjang yaitu selama 6 bulan atau lebih.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa KKN-PK pada hari senin tanggal 02 Juli 2024 didapatkan data dari Puskesmas Duhiadaa Kab. Pohuwato dimana jumlah seluruh kasus TB yang ada di desa Buntulia Jaya kecamatan Duhiadaa berjumlah 4 kasus.
Berdasarkan data tersebut, mahasiswa KKN-PK melaksanakan program kerja edukasi pencegahan penularan Tuberkulosis yang dilakukan pada hari Rabu 24 Juli 2024 bertempat di rumah masyarakat penderita Tuberkulosis di bawah arahan koordinator desa Putra Purnama Hairama Mahasiswa KKN-PK Desa Buntulia Jaya dan dibantu dengan pihak puskesmas duhiadaa melaksanakan program kerja terkait edukasi pencegahan penularan tuberkulosis kepada penderita tuberkulosis.
Kegiatan ini, para pasien tidak hanya diajarkan etika batuk, hand hygiene, penggunaan obat TB namun juga diberikan pengetahuan mengenai manfaat temulawak sebagai terapi komplementer bagi penderita Tuberkulosis.
Pengobatan tuberkulosis, temulawak tidak berfungsi sebagai pengganti obat-obatan utama seperti antibiotik, tetapi lebih sebagai pendamping untuk memperkuat daya tahan tubuh pasien. Kandungan kurkuminoid dalam temulawak dapat membantu mengurangi peradangan dan mendukung kesehatan organ hati, yang dapat terkena dampak negatif dari konsumsi jangka panjang obat tuberkulosis.
Tujuan dari edukasi pencegahan penularan tuberkulosis (TB) di Desa Buntulia Jaya sangat penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi angka penyebaran penyakit ini.
Pencegahan penularan tuberkulosis di Desa Buntulia Jaya memerlukan kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga kesehatan. Dengan meningkatkan pengetahuan, menjaga kebersihan lingkungan, mendukung penderita, dan memperkuat daya tahan tubuh, diharapkan angka penularan TB dapat ditekan. Melalui upaya bersama, Desa Buntulia Jaya dapat menjadi contoh dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif, bebas dari ancaman tuberkulosis.(aas/gopos)