GOPOS.ID, KWANDANG – Bagi masyarakat Gorontalo, khususnya di Gorontalo Utara, nama Hamzah Sidik Djibran bukanlah nama yang asing lagi. Sosok politisi dari Partai Golkar ini, boleh disebut bukanlah politisi biasa, tapi politisi yang luar biasa dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat.
Jika menelaah kembali jejak kiprahnya di Gedung Parlemen Gorontalo Utara dalam 4 tahun terakhir ini saja, Hamzah Sidik Djibran dapat dikatakan termasuk politisi yang cukup vokal dan tidak segan-segan akan “bersenandung” dengan suara yang nyaring ketika berbicara tentang persoalan yang bersentuhan dengan kepentingan rakyat
Dibalik itu, Hamzah Sidik Djibran juga bukan sosok politisi yang memandang jabatan di Partai Politik sebagai segalanya. Baginya, dalam politik itu terdapat 2 dimensi ruang yang mengemuka, yakni di satu sisi membangun idealisme dan di sisi yang lain memenuhi panggilan nurani.
Berkat prinsip dan komitmen itulah, maka tidak mengherankan jika Hamzah Sidik Djibran, telah menjelma sebagai sosok politisi kawakan Gorontalo Utara yang senantiasa mampu menempatkan diri sebagai politisi yang elegan, egaliter dan kompromistis demi nama besar serta masa depan Partai Golkar.
Itulah hakekat ideal seorang politisi di manapun, yakni sejatinya mampu tampil secara luwes yang darinya terpatri semangat untuk bersikap dan bertindak secara obyektif dengan mengedepankan prinsip keterbukaan.
Dalam benak pemikiran Hamzah Sidik Djibran, politisi itu bukan berbicara tentang “apa yang saya dapat” tapi “apa yang saya berikan”, baik untuk partai yang selama ini telah membesarkannya maupun kepada rakyat tanpa melihat warna dan identitas kelompok
Itulah sebabnya ketika ia memilih mundur sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Gorontalo Utara dan justru bersedia ketika didaulat menjadi Ketua Takmirul Mesjid Djabal Iqro yang berdiri megah di kompleks perkantoran Blok Plan Molinggapoto meneguhkal. Semakin meneguhkan keyakinan di kalangan masyarakat, bahwa Hamzah Sidik Djibran adalah sosok politisi yang menyandarkan pada nilai-nilai ibadah sebagai basis gerakan politiknya.
Ketika bersuara keras membela kepentingan rakyat, itu adalah ibadah, ketika bersitegang memperjuangkan kepentingan rakyat, kemudian merespon dan menindaklanjuti aspirasi dan harapan rakyat, juga adalah bagian dari ibadah. Karena hakekat hidup ini menurut Hamzah Sidik Djibran adalah ibadah dan pengabdian.
Hal itu menurutnya, sejalan dengan ungkapan yang mengatakan “jika hidup ini hanya mengejar dunia, maka akherat akan menjauh, namun jika mengejar akherat maka dunia akan mendekat”. Itu adalah sebuah nilai yang sejatinya melakat dalam diri siapapun.
Menurut Hamzah Sidik Djibran, daulat terhadap dirinya menjadi Ketua Takmirul Masjid Jabal Iqra di Blok Plan Perkantoran Bupati, justru merupakan posisi Ketua yang sesungguhnya.
Yaitu sebuah jabatan yang saat ini dan ke depan menjadi medan pergulatan bagi dirinya untuk memakmurkan Mesjid yang Insya Allah menjadi berkah bagi dirinya, keluarganya dan umat Islam pada umumnya yang berdimensi ilmiah, amaliah dan akhlakiyah.
“Menjadi Ketua Takmirul Mesjid itu merupakan bagian untuk memenuhi panggilan ibadah dan pengabdian yang mencakup dua dimensi kehidupan dunia-akherat” tandasnya.
Baginya, menjadi Ketua Takmirul Mesjid adalah jabatan Ketua yang hakiki yang tidak saja membutuhkan tanggung jawab, tapi juga terbersit amanah yang berat namun mulia di sisi Allah Swt.
Dalam perspektif Hamzah Sidik Djibran, menjadi Ketua Takmirul Mesjid merupakan sebuah ruang yang memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menunaikan tugas-tugas dalam kerangka mengukuhkan eksitensi ibadah yang berbasis pada “Hablun Minallah dan Hablun Minanas”.
Tidak hanya itu saja, daulat terhadap dirinya menjadi Ketua Takmirul Mesjid, merupakan sebuah apresiasi dan penghargaan yang ia peroleh dari jemaah yang seakan memberikan ruang baginya untuk mendepositokan amaliah yang bersifat keumatan.
Itulah sebabnya, begitu terpilih menjadi Ketua Takmirul Mesjid, ia mengaku telah menjalankan tugasnya bersama jama’ah untuk terus melakukan pembenahan baik di dalam maupun di luar mesjid, termasuk menambah fasilitas di mesjid seperti wifi.
Diakuinya, memang mesjid ini belum rampung secara keseluruhan, namun sudah sangat layak untuk digunakan sebagai tempat untuk beribadah, tidak hanya sebagai tempat untuk sholat berjama’ah tapi juga ke depan akan menjadi pusat pelaksanaan kegiatan-kegiatan keislaman lainnya.
Untuk itu Hamzah Sidik Djibran menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada jemaah Mesjid Djabal Iqro Blok Plan Perkantoran Bupati Gorontalo Utara yang telah memberikan kepercayaan pada dirinya menjadi Ketua Takmirul Mesjid.
Sebagaimana namanya, maka sebagai Ketua Takmirul Mesjid Djabal Iqro, ia bercita-cita untuk mendesain mesjid ini sebagai “puncak gunung keilmuan” yang kelak menjadi wahana bagi umat Islam dalam memaknai perintah “iqra” dalam Al-Qur’an yang mengandung perintah membaca, yakni membaca hakekat hidup yang sesungguhnya, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Dengan begitu ke depan, Mesjid Djabal Iqro kelak diharapkan tidak saja berfungsi sebagai tempat menunaikan sholat berjama’ah, tapi juga menjadi pusat studi dan kajian ilmu-ilmu keislaman yang darinya gerakan ilmiah, amaliyah dan akhlakiyah akan terus terpatri.
Sehingga menjelma dalam kehidupan masyarakat Gorontalo Utara dalam rangka membumikan Islam sebagai sumber peradaban umat manusia sekaligus memancarkan cahaya Islam sebagai Rahmatan Lil Alamiin. (Isno/gopos)