GOPOS.ID, JAKARTA – Dalam waktu dekat ini, distribusi ragen PCR untuk pemeriksaan swab test bagi Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di Gorontalo akan segara tiba.
Pasalnya Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pusat sudah mulai mendistribusikan sebanyak 436.000 Ragen PCR untuk seluruh Indonesia tertanggal 26 April 2020. Gorontalo sendiri kebagian 5.000 ragen PCR.
Sementara itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pusat juga sudah mendistribusikan sebanyak 955.000 Rapid Test untuk seluruh wilayah di Indonesia. Gorontalo kebagian 13.000 rapid test.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo bahwa Gugus Tugas telah menerima sebanyak 479.000 reagen PCR yang berasal dari dua negara.
Yaitu Korea Selatan dan RRT berkat bantuan dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) serta Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di Korea Selatan dan Republik Rakyat Tiongkok.
Selain itu, Ketua Gugus Tugas juga menyampaikan terima kasih kepada Menteri BUMN dan Panglima TNI yang telah membantu dalam penjemputan serta distribusi reagen tersebut.
“Untuk tahap pertama reagen yang telah kita datangkan baru bisa diambil oleh provinsi yang ada di pulau Jawa pada hari Sabtu dan Minggu yang lalu,” ujar Doni saat memberikan keterangan pers usai rapat, Senin (27/4/2020), seraya menyampaikan terima kasih kepada para gubernur yang telah menugaskan stafnya untuk mengambil reagen langsung ke tempat penyimpanan di gudang Soekarno-Hatta.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala BNPB juga menyampaikan bahwa Presiden menjelaskan tentang pentingnya menjaga imunitas masyarakat untuk tidak turun.
Isolasi mandiri, menurut Ketua Gugus Tugas, diharapkan tidak menimbulkan depresi dan tidak menimbulkan stres yang tinggi bagi masyarakat.
“Oleh karenanya selama mengikuti isolasi mandiri diharapkan kegiatan-kegiatan aktivitas di sekitar pemukiman tetap dilakukan,” ujarnya.
Upaya untuk memutus mata rantai penularan, terutama melindungi kelompok rentan. Yaitu lansia dan yang punya penyakit kronis; antara lain pneumonia, hipertensi, diabetes, jantung, serta beberapa penyakit penyerta lainnya. Menurut Doni, telemedicine menjadi salah satu opsi agar masyarakat bisa mendapatkan informasi yang lebih baik terhadap kesehatan.
Pneumonia, lanjut Doni, menjadi persentase tertinggi dalam atau akibat yang ditimbulkan dari Covid-19 dan hampir di semua daerah pasien yang wafat mengalami penyakit kronis atau penyakit bawaan.
Kewajiban semua, lanjut Doni, untuk menjaga lansia dan kelompok yang punya penyakit penyerta ini terlindungi dari anak muda yang punya mobilitas tinggi.
Baca juga: Bila Usulan PSBB Kedua Ditolak, Gorontalo Siap Bikin Kebijakan Sendiri
Tetapi tidak menunjukkan gejala dan bisa berpotensi sebagai silent killer. Sehingga kelompok OTG atau orang tanpa gejala ini harus dipisahkan.
“Adapun persentase perbandingan antara wanita dan pria yang menjadi korban Covid-19, (yaitu) laki-laki mencapai 59,47 orang. Sedangkan perempuan adalah 41,03 persen,” tambah Doni.
Presiden Joko Widodo, menurut Doni, menegaskan berulang kali tentang pentingnya upaya untuk melakukan tes masif pada bulan April dan bulan Mei ini. Dilanjutkan dengan pelacakan yang agresif serta isolasi yang ketat.
“Bapak Presiden meminta kita semua untuk bisa bekerja lebih keras lagi dan juga mengajak masyarakat agar lebih patuh, lebih disiplin. Dan juga aparat supaya bisa lebih tegas agar pada bulan Juni yang akan datang kita mampu menurunkan kasus Covid-19 di Indonesia. Sehingga pada bulan Juli diharapkan kita sudah bisa mulai mengawali hidup normal kembali,” urai Ketua Gugus Tugas Covid-19.
Imbauan-imbauan, menurut Doni, harus senantiasa disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat, bahkan juga perlu menggunakan bahasa daerah.
“Tidak mudik, melaksanakan protokol kesehatan, cuci tangan, menggunakan masker, jaga jarak. Nah ketika jaga jarak ini pun, diharapkan satu sama lainnya harus bisa meningkatkan kesadaran kolektif,” katanya. (rls/andi/gopos)