GOPOS.ID, GORONTALO – Hujan es yang melanda wilayah Kecamatan Bilato, Kabupaten Gorontalo membuat geger warga, Sabtu (4/3/2023). Pasalnya, fenomena tersebut tak lazim terjadi. Selain itu butiran es yang jatuh serentak tersebut mengakibatkan kerusakan pada sejumlah rumah warga dan fasilitas umum.
Informasi yang dirangkum gopos.id, peristiwa hujan es terjadi pada Sabtu (4/3/2023) sore pukul 16.30 Wita. Fenomena tak biasa itu sempat direkam oleh warga. Beberapa video rekaman yang diterima gopos.id, menunjukkan sejumlah warga yang mengumpulkan sejumlah puing-puing batu es yang turun bersama hujan. Selain itu ada pula rekaman video yang menampilkan dampak kerusakan akibat hujan es. Seperti beberapa atap rumah warga yang rusak, hingga atap masjid.
Terkait fenomena tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jalaluddin Gorontalo mengungkapkan bila kejadian hujan es atau hail adalah fenomena alamiah kategori cuaca ekstrem. Umumnya situasi itu terjadi pada musim pancaroba. Dari musim kemarau ke musim hujan, atau sebaliknya dari musim hujan ke musim kemarau.
Proses terbentuknya hujan es dimulai dengan adanya radiasi matahari menyebabkan massa udara hangat dan lembab di permukaan bumi terangkat ke atmosfer,” kata Adelina, Staff Forecaster BKMG Stasiun Jalaluddin Gorontalo.
Adelina menguraikan, proses pergerakan massa udara naik (updraft) yang kuat kemudian membawa uap air hingga mencapai ketinggian freezing level (suhu udara menjadi sangat dingin hingga uap air membeku menjadi partikel es). Selanjutnya, adanya proses gerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat di dalam awan Cumulonimbus (awan hujan) membuat uap air teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft (gerakan massa udara turun) yang kuat hingga menimbulkan partikel es.
“Proses updraft dan downwdraft yang kuat ini ditimbulkan oleh adanya pemanasan matahari yang intens, yang terjadi dari pagi hingga siang hari, serta didukung oloh faktor topografi suatu daerah,” tutur Adelina.
Pada fenomena hujan es, jelas Adelina, lapisan freezing level memiliki ketinggian yang cenderung lebih rendah dari sekitarnya (lower freezing level). Hali itu akibat gerakan massa udara yang tidak mampu mengangkat butiran es lebih jauh ke atas. Kemudian didukung dengan adanya gerakan downdraft yang kuat, akibat angin kencang, butiran es kemudian jatuh ke permukaan bumi dan tidak mencair sempurna.
“Butiran es ini kemudian jatuh ke permukaan es menjadi hujan es,” tandas Adelina.(muhajir/gopos)