GOPOS.ID, GORONTALO – Kiki tengah membersihkan beberapa bulu yang menempel sembari menguyur air bersih ke seluruh bagian ayam broiler berukuran sedang. Sejurus kemudian dia mulai memotong bagian demi bagian ayam ras tersebut. Potongan ayam selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik dan diserahkan ke pembeli yang berdiri di depan lapaknya.
Saban hari Kiki berjualan ayam pedaging di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Dari saat matahari terbit di ufuk Timur hingga menjelang terbenam di ufuk Barat. Aktivitasnya itu sudah dilakoni sejak 4 tahun lalu.
Lazimnya menjelang hari besar keagamaan dan momen-momen tertentu seperti tahun baru atau menjelang Ramadan, dagangan ayam potong Kiki laris manis. Tapi hal itu tak lagi dirasakan. Dalam beberapa bulan terakhir, Kiki bersama pedagang ayam lainnya di Pasar Sentral justru mengalami situasi sepinya pembeli.
Maraknya penjual ayam potong dadakan di pinggir jalan menjadi salah satu faktor pemicu menurunnya omset yang diperoleh para pedagang ayam di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Warga yang sebelumnya datang dan membeli ayam di Pasar Sentral, kini mereka memilih penjual di pinggir jalan. Alasannya sederhana, lebih dekat.
Situasi ini diperburuk dengan kondisi Pasar Sentral Kota Gorontalo. Meski sudah direnovasi dan tampak lebih modern, kondisi di kawasan pedagang ayam belum banyak berubah. Jalanan becek, serta sistem drainase yang tak lancar. Hal itu mengakibatkan kawasan pedagang ayam menjadi tak nyaman.
“Sekarang ini pembeli so jarang. Ba pece terus. Orang-orang so malas mo maso dalam pasar,” ujar Kiki.
Penurunan penjualan ini berdampak signifikan terhadap pendapatan Kiki dan para pedagang ayam lainnya di Pasar Sentral. Mereka berharap pemerintah daerah dapat segera memperbaiki kondisi pasar dan mencari solusi untuk mengatasi masalah ini. Perbaikan infrastruktur pasar dan penertiban penjual dadakan di pinggir jalan diharapkan dapat meningkatkan kembali minat pembeli untuk berbelanja di Pasar Sentral. (Gina/MG/Gopos)