GOPOS.ID, GORONTALO – Deteksi dini merupakan langkah penting dalam penanganan pasien, tak terkecuali gangguan indera penghilatan. Berkaitan hal itu, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melatih serta meningkatkan kemampuan dokter puskesmas, untuk identifikasi dan penanggulangan gangguan penghilangan dan kebutaan.
Pelatihan Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) itu dilaksanakan bekerjasama Balai Kesehatan Mata Makassar (BKMM). Pelatihan bertempat di Hotel Grand Q, Kota Gorontalo, Selasa (27/08/2019). Kegiatan tersebut menghadirkan 20 dokter yang bertugas di puskesmas di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo dan, Bone Bolango.
Plh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Reyke Uloli, mengatakan beberapa masalah terjadi pada program indera termasuk gangguan mata di puskesmas belum terlapor. Hal ini juga terjadi karena masih kurangnya pendampingan dan pembinaan ke Puskesmas.
“Kondisi itu bukan karena tidak dilaksanakan tetapi bisa saja dilaksanakan namun tidak terlapor” ujar Plh Kadinkes Provinsi Gorontalo, Reyke Uloli.
Baca juga: Bone Bolango Gagas Sedekah Pohon
World Health Organization/WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menyatakan 500 anak buta tiap tahun. Satu di antara 1.000 anak mengalami kebutaan per menit. Angka kebutaan di Indonesia 3 persen dan sebanyak 81 persen karena katarak. “Provinsi Gorontalo memiliki RSUD dr. Hasri Ainun Habibie yang memberikan pelayanan secara umum dan dengan prioritas pelayanan mata. Setiap tahunnya pelayanan yang diberikan RSUD Hasri Ainun mencapai 1.250 orang,” ujar Reyke Uloli.
Menurut Reyke Uloli, masalah gangguan penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan skrining di puskesmas dengan Posbindu. Peran dokter penting untuk melakukan pemeriksaan sehingga kegiatan ini sangat baik sekali karena ada dokter spesialis mata sebagai narasumber.
“Dengan adanya Posbindu selain untuk pemeriksaan gula darah, kolesterol dan hipertensi. Selain itu dapat menjadi skrining awal untuk masalah gangguan penglihatan dan Kebutaan,” tutur Reyke Uloli.
“Hasil dari pelatihan ini para dokter dapat memberikan pelayanan di puskesmas, melakukan rujukan ke rumah sakit dan memfollow up pasien, yang di rujuk dari rumah sakit” tambahnya.
Reyke berharap kegiatan pelatihan BKMM tidak hanya sampai di 3 Kabupaten/Kota, tetapi juga berkelanjutan bagi 3 Kabupaten lainnya yang belum diberikan pelatihan.(aldy/gopos)