GOPOS.ID, GORONTALO – Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melaksanakan monitoring serta evaluasi kasus Tuberkulosis (TBC) Tahun 2021. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Program TBC Tingkat Provinsi Gorontalo di Hotel Grand Q, Kota Gorontalo Rabu (22/12/2021).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Yana Yanti Suleman mengungkapkan saat ini Capaian Indikator utama Program TBC Tahun 2021 seperti indikator penemuan dan pengobatan TB sensitif obat (SO) maupun TB Resisten Obat (RO) masih dibawah target nasional.
“Data SITB per November 2021 menunjukkan bahwa capaian cakupan nasional penemuan kasus TB (treatment coverage) sebesar 33% (85%), angka keberhasilan pengobatan (treatment success rate) sebesar 76% (target 90%), prsentasi pasien TB RO yang memulai pengobatan sebesar 53% (Target 86%), dan angka keberhasilan pengobatan TB Resisten Obat sebesar 44,2% (target 75%).
Dirinya menjelaskan, di provinsi Gorontalo untuk capaian trearment coverage untuk 3 tahun terakhir yakni tahun 2021 sebesar 54%, tahun 2020 sebesar 58,63%, dan tahun 2019 sebesar 77,65% sedangkan target yakni 85%.
“Angka keberhasilan pengobatan pada selama 3 tahun terakhir juga belum mencapai target, pada tahun 2020 sebesar 43,85%, tahun 2019 sebesar 86% dan tahun 2018 sebesar 84%,” jelasnya.
Baca Juga: Seorang Warga di Sulsel Jadi Joki Vaksin, Mengaku Sudah 16 kali Disuntik
Yana menuturkan, adapun hal-hal yang perlu dilakukan evaluasi yakni evaluasi kegiatan program TBC secara komprehensif meliputi komponen program,logistik hingga keuangan. Komponen program meliputi mulai pencatatan & pelaporan, penemuan kasus, pengobatan, hingga terapi pencegahan.
“Setelah kegiatan ini kita perlu melakukan diskusi bersama terkait dengan rencana tindaklanjut yang selanjutnya akan diterapkan dimasing-masing wilayah,” katanya.
“Diharapkan dari kegiatan monitoring dan evaluasi ini, kegiatan program TBC dapat lebih baik dari sebelumnya dan mencapai target indikator yang telah ditetapkan Memperbaiki proses-proses pelaksanaan program yang belum maksimal dilakukan sepanjang tahun 2021,” imbuhnya.
Terakhir Yana menyampaikan, dalam mencapai target di tahun depan harus dilakukan yakni mengaktifkan keterlibatan lintas sektor da untuk menggerakkan masyarakat, pemberian informasi TBC yang adekuat perlu di maksimalkan, proses pelaporan terutama hasil TCM diupayakan agar tidak terjadi keterlambatan, yang dapat berakibat pada terlambatnya inisiasi pengobatan atau memulai pengobatan.
“Untuk memutus mata rantai penularan TBC perlu adanya strategi komunikasi dari petugas Kesehatan kepada masyarakat mengenai pentingnya penggunaan TPT yang saat ini masih sangat rendah, Sehingga petugas Kesehatan harus terinformasi dengan baik terkait dengan TPT,” tandasnya. (Putra/Gopos)