“Biasanya dari masyarakat itu langsung vonis bahwa ini adalah DBD. Seharusnya tidak seperti itu, dia harus ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium. Tetapui kita tangani dengan serius,” ungkap Maryam Samaoe kepada gopos.id.
Sementara di Kabupaten Gorontalo angka penderita DBD hingga Juni 2020 menunjukkan tertinggi di seluruh provinsi Gorontalo. Sudah tercatat 326 kasus DBD di Kabupaten Gorontalo. Angka ini sangat fantastis dan melampaui jumlah kasus pada periode sebelumnya. Diketahui pada periode Januari hingga Juni 2019 tercatat hanya ada 313 kasus DBD di Kabupaten Gorontalo.
“Angka kematian di tahun ini periode Januari-Juni sudah 4 orang. Angka ini mendekati angka kematian tahun kemarin selama periode satu tahun yakni 6 orang,” ungkap Kabid P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Noneng Nasibu.
Meski demikian, mereka berharap kasus DBD tidak separah dengan kasus-kasus sebelumnya. Meningat saat ini Gorontalo masih diperhadapkan dengan pandemi Covid-19, banjir serta penyakit lainnya.
Untuk mencegah paling utama adalah dengan mengusahakan agar tidak digigit nyamuk Aedes aegypti. Ini bisa dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap bersih, juga menggunakan penangkal nyamuk agar tidak berkembang biak di rumah.
Baca juga:Â Satu Penderita DBD di Kabupaten Gorontalo Meninggal Dunia
Selain itu, rajin menguras bak mandi minimal seminggu sekali, membersihkan wadah penampung air lainnya, memasang kasa dan kelambu nyamuk, jangan menumpuk atau menggantung baju terlalu lama gunakan lotion atau krim antinyamuk.
Tidak lupa kita harus mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang ketika beraktivitas di luar rumah. (andi/prans/aldi/ramlan/isno/arif/gopos)