GOPOS.ID, GORONTALO – Setelah dua tahun berturut-turut merosot akibat diterpa pandemi Covid-19. Geliat perekonomian di Provinsi Gorontalo diprediksi akan kembali normal. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo pada 2022 akan berada pada kisaran 5,9-6,9 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Ronny Widijarto Purubaskoro, mengemukakan pandemi Covid-19 turut memberi tekanan (kontraksi) yang cukup signifikan terhadap perekonomian di Provinsi Gorontalo. Selama 2021 pertumbuhan ekonomi berada kisaran 3 persen.
“Pada 2022 ini diprediksi situasi perekonomian Gorontalo akan kembali normal. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo akan kembali tumbuh di atas rata-rata nasional, yakni pada kisaran 5,9 sampai dengan 6,9 persen,” ujar Ronny Widijarto Purubaskoro pada Bincang-bincang Media Kantor Perwakilan BI Provinsi Gorontalo, Senin (21/3/2022) di RM Angelato Kota Gorontalo.
Sektor pertanian dan perikanan masih menjadi tumpuan utama kinerja serta pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada 2022. Selain itu peningkatan konsumsi rumah tangga seiring capaian vaksinasi turut menjadi faktor pendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo. Termasuk stimulus pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui Dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
“Untuk sektor pertanian, dan perikanan ini perlu didorong tumbuhnya industri pengolahan, sehingga dapat memberikan nilai tambah produk sekaligus meningkatkan kinerja perekonomian daerah Gorontalo,” ujar pria yang pernah menjabat Kepala Koordinator Asesmen Ekonomi dan Keuangan Regional Sulampua itu.
Lebih lanjut Ronny Widijarto Purubaskoro menekankan, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, BI Gorontalo melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya menjaga stabilitas inflasi. Langkah itu bertujuan agar pertumbuhan ekonomi yang dicapai Provinsi Gorontalo berkualitas.
“Kita berupaya menjaga inflasi di Gorontalo tetap berada di bawah nasional yakni di kisaran 3 persen. Saat ini inflasi di Gorontalo tercatat pada angka 1,12 persen,” ujar Ronny Widijarto.
Mantan Ekonom Ahli Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan itu memprediksi tekanan inflasi akan terjadi pada menjelang ramadan dan lebaran Idulftri 1443 H. Utamanya pada komoditi volatile food yang merupakan salah satu faktor penyumbang inflasi.
“Untuk menghadapi itu, Bank Indonesia bersama seluruh stakeholder yang tergabung TPID Gorontalo menerapkan strategi 4K. Yaitu ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, serta komunikasi yang efektif,” tutur Ronny Widijarto.(hasan/gopos)