GOPOS.ID, JAKARTA – Saat usia anak bertambah, anak-anak biasanya akan semakin kritis dan mulai ingin mengambil keputusan sendiri. Mereka memiliki banyak pertanyaan dan alasan untuk segala hal. Percakapan dengan anak Anda yang awalnya santai tiba-tiba menjadi adu argumen panas, mulai dari hal yang sederhana hingga hal yang sangat prinsip.
Kondisi ini adalah hal yang wajar dan sehat karena anak ingin pendapatnya dihargai. Sebagai orangtua, mungkin Anda lelah jika anak selalu memiliki jawaban atau alasan saat berbicara. Daripada memarahinya, sebenarnya yang harus dilakukan adalah mengetahui apa yang membebani pikirannya.
Dilansir dari ParentCircle, inilah cara tepat menghadapi anak yang suka berargumen atau berdebat:
Mendengarkan pendapat anak
Anak yang kerap berargumen biasanya karena tidak yakin apakah pendapatnya akan didengarkan atau dipertimbangkan. Jadi, saat anak Anda mengungkapkan argumennya, berusahalah untuk mendengarkan dengan sabar demi meyakinkannya kalau kekhawatirannya akan dihargai dan ditanggapi dengan serius. Hal ini akan mendorong anak Anda untuk mengungkapkan pikirannya dengan tenang.
Menawarkan pilihan
Tak jarang, orangtua cenderung mengabaikan pendapat anak dan memaksakan pendapat pribadi kepada anak. Sikap tersebut justru akan membuat anak meninggikan suara dan mengungkapkan pendapat dengan berargumen. Sebaiknya tawarkan mereka pilihan. Meskipun menawarkan pilihan dapat membuat anak memiliki berbagai pilihan untuk dipilih tapi cara ini memungkinkan Anda mempertahankan kendali.
Anda yang akan memutuskan opsi apa yang akan diberikan untuk anak. Selain itu, menawarkan pilihan kepada anak akan meningkatkan motivasi, meningkatkan perhatian atau perilaku saat mengerjakan tugas, meningkatkan pembelajaran, meningkatkan sosialisasi dan mengurangi perilaku yang menantang.
Ungkapkan alasan
Kebanyakan para orangtua akan menerapkan sikap “Saya tahu apa yang terbaik untuk kamu” jika berurusan dengan anak. Bahkan, orangtua lebih memilih untuk tidak menjelaskan alasan mengapa mereka mengambil atau memaksakan keputusan tertentu kepada anak.
Alhasil, anak tidak akan bisa memahami logika di balik keputusan orangtuanya dan akan memilih untuk berargumen. Agar anak menerima keputusan Anda tanpa argumen, jelaskan alasan yang mendorong Anda untuk membuat keputusan tersebut.
Terapkan aturan dan konsekuensi
Tergantung pada usia anak, terapkan aturan untuk diikuti oleh anak Anda dan konsekuensi apa yang akan mereka terima jika melanggar aturan. Ingat bahwa aturan yang dibuat harus masuk akal. Jelaskan soal aturan dan konsekuensi tersebut kepada anak Anda dengan jelas.
Anak yang suka berargumen akan mencoba masuk ke dalam perdebatan setelah melanggar aturan dan takut menghadapi konsekuensinya. Dalam situasi tersebut, berusahalah untuk tidak bernegosiasi. Sebagai gantinya, peringatkan anak Anda jika mereka tidak mau berhenti berdebat, maka Anda akan secara terpaksa meningkatkan konsekuensinya.
Terkadang, lebih baik membiarkan anak Anda berargumen karena hal ini akan meningkatkan keterampilan mereka dalam meyakinkan orang lain. Selain itu, berargumen juga akan membantu anak Anda belajar bagaimana mempertahankan pendirian ketika mereka benar dan membantu mereka menangani diri sendiri dengan lebih baik dalam situasi yang mengharuskan mereka terlibat dalam argumen yang sehat. (Nisa/Gopos)