GOPOS.ID, GORONTALO – Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo terus mempercepat program penurunan stunting di Provinsi Gorontalo. Integrasi dan kolaborasi dilakukan bersama stakeholders (pemangku kepentingan) agar program penurunan stunting lebih tepat sasaran.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Erni N. Mansur, menjelaskan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo secara kolaboratif melakukan percepatan penurunan stunting. Langkah itu dilakukan tidak hanya pada jajaran dinas kesehatan saja, tetapi lembaga instansi vertikal maupun lembaga lainnya.
“Seperti Baznas dan instansi vertikal kita bergerak bersama-sama untuk penurunan prevalensi stunting di Provinsi Gorontalo,” ujar Erni.
Menurut Erni, ada tiga poin utama yang disepakati secara kolaboratif bersama para pemangku kepentingan dalam upaya penurunan prevalensi stunting. Pertama, percepatan penurunan stunting berbasis data akurat, termuktahir baik yang bersumber dari PGBM dan P3KE yang telah terverifikasi dan validasi.
Kedua, seluruh pemangku kepentingan melakukan pengawalan dan pendampingan program kegiatan intervensi stunting secara berkala, serta melaporkan progres pelaksanaan minimal sebulan sekali kepada Penjabat Gubernur Gorontalo. Ketiga, program kegiatan intervensi penurunan stunting itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari berita acara kesepakatan sebagaimana yang telah ditandatangani.
“Alhamdulillah dengan adanya penandatangan dan kesepakatan itu melalui PKK, Baznas sudah membantu sejumlah Rp540 juta. Anggaran tersebut untuk intervensi anak stunting dengan pemberian biaya perbaikan gizi itu Rp15.000 perhari per anak stunting di seluruh Provinsi Gorontalom,” urai Erni.
Dia menuturkan, hasil survei status gizi pada 2022, Dinkes Provinsi Gorontalo telah berhasil menurunkan sebanyak 11,09 persen dibandingkan prevalensi 2019.
Dia menambahkan, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan tim penggerak PKK akan melakukan skrining kembali. Yakni pengukuran Atropometri berat dan tinggi badan terutama di desa-desa yang prevalensi stunting sangat tinggi
“Jadi kita akan ukur kembali sehingga mendapatkan hasil data anak stunting yang valid. Nah data anak stunting yang valid. Itu yang kita akan intervensi dengan harapan di tahun 2023 ini prevalensi stunting menjadi 10 persen,” tandasnya.(Nita-MgUNG/gopos)