GOPOS.ID, BOLMUT – Kehidupan berkecukupan ternyata belum sepenuhnya membuat Dewi Mondo puas, sebelum bisa mengabdi kepada masyarakat.
Itulah hal yang masih terbayang di dalam benak perempuan bernama Dewi Zandra Astuti Mondo ini.
Bagi wanita kelahiran 19 Juli 1987 itu, sukses itu tidak melulu soal harta dan tahta, tetapi juga tentang menebar kebaikan kepada sesama.
Olehnya, sudah hal biasa, jika banyak pihak yang mendatangi seorang Dewi Mondo untuk mengeluhkan berbagai persoalan, dan berharap ada solusi serta jalan keluar dari problematika.
Sikap empati Dewi Mondo memang tidak hadir dan tumbuh begitu saja. Pasalnya, perempuan kelahiran Tatura Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah ini, memang lahir dari keluarga sederhana yang tidak kurang dan kerap mendapatkan cobaan, termasuk dalam bidang keuangan.
Sehingganya, merasakan pahitnya hidup sudah terbiasa. Inilah juga yang menjadi pegangan Dewi Mondo. Seorang perempuan yang dulunya hidup susah, tetapi kini terbilang sukses dalam dunia usaha yang ia rintis bersama suaminya.
Dewi Mondo adalah anak pertama dari enam bersaudara. Ibunya bernama Asrin Iman. Sementara ayahnya bernama Hasan T Mondo, yang merupakan warga Buko, Kecamatan Pinogaluman, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Dewi Mondo menikah dengan suaminya bernama Mirwansyah sejak tahun 2014 silam. Suaminya itu, kini lebih akrab dikenal sebagai pimpinan Komunitas Mr. Baraiko.
Dari pernikahan itu, kedua pasangan suami-isteri ini dikaruniai seorang anak perempuan bernama Nadira Ainiyah yang kini sudah berusia 7 tahun.
Sebelumnya, Dewi Mondo tumbuh dan besar di tempat kelahirannya. Namun, kerap pula ia datang kepada nenek/kakek dan keluarganya di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Ini juga yang menjadi alasan, kenapa Dewi Mondo telah memilih untuk tinggal pada kampung halaman nenek dan kakeknya, yaitu di Bolaang Mongondow Utara.
Sejak kecil, Dewi Mondo terbilang anak yang cerdas. Dirinya memulai pendidikan di TK Raksatama Palu. Menurut beberapa rekannya, Dewi dulunya adalah anak yang sopan dan pendiam.
Bahkan, di balik keluguan itu, juga tersimpan sikap penghormatan terhadap sesama rekan dan para orang tua.
Memasuki tingkat selanjutnya, Dewi disekolahkan kedua orang tuanya di SDN Tatura 2 Palu. Di sanalah Dewi menghabiskan waktu selama 6 tahun guna menempuh pendidikannya serta kerap mendapatkan prestasi.
Di bangku sekolah dasar ini, sikap Empati Dewi mulai tumbuh dan tak jarang selalu perhatian kepada sesama rekannya.
Setelahnya, Dewi bersekolah di SMP Negeri 9 Palu. Kemudian, tamat bersekolah dan menempuh pendidikan di SMK Negeri 2 Palu dengan mengambil jurusan administrasi perkantoran.
Pasca tamat dari sekolah itu, tantangan hidup mulai datang kepada seorang Dewi Mondo. Pasalnya, memikul beban sebagai anak pertama bukanlah hal yang mudah.
Di sisi lain, kedua orang tua yang berprofesi sebagai pedagang, juga harus menyekolahkan lima adiknya.
Melihat keadaan itu, Dewi memutuskan untuk langsung menekuni dunia kerja. Padahal, dirinya sangat berbesar hati untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.
Namun, saat itu, bagi Dewi, mengejar kepentingan dan cita-cita pribadi adalah urusan paling belakang setelah orang tua dan kelima adiknya.
Dalam dunia kerja, Dewi sudah banyak menekuni berbagai bidang. Menjadi costumer service, masuk dalam dunia asuransi, bekerja di konter pulsa, dan menjadi .IO sudah pernah dilakoninya.
Dari hasil pekerjaan yang didapatkan, sudah tentu untuk membantu biaya hidup keluarganya.
Walhasil, berkat pengalaman, kerja keras dan niat yang tulus itu, serta telah menikah dan mulai membangun usaha bersama suaminya, Dewi kini telah terbilang mapan, walaupun ia sendiri tak pernah menceritakan dan mengakuinya.
Mengingat, bagi seorang Dewi, kelebihan dan kekurangan bukan untuk diceritakan. Namun, kebaikanlah yang perlu ditularkan. Prinsip itu juga merupakan pesan sang ayah ketika memberikan nasihat kepadanya.
Termasuk, jika sudah memiliki kelebihan dan kesempatan, agar tak lupa untuk mendedikasikan diri, berbuat nyata untuk orang banyak, dan membangun daerah yang merupakan tempat kelahiran orang tuanya.
Mengingat-ingat pesan sang ayah itu, kini Dewi telah berniat untuk mewujudkan amanat tersebut. Tak tanggung-tanggung, jalur yang ia pilih adalah panggung politik.
Saat ditanya kenapa harus melalui dunia politik, apalagi kata Groucho Marx: politik itu adalah seni mencari masalah, menemukannya di mana-mana, mendiagnosisnya secara salah, dan menerapkan solusi yang salah.
Namun, Dewi menimpali dengan keyakinan yang kuat. Karena, bagi Dewi, melalui jalur inilah kebijakan dapat dibuat. Lewat rel inilah keberpihakan pada orang banyak dapat dilakukan.
Walaupun, saat diwawancarai, Dewi menyebut sebelum memutuskan masuk ke dalam dunia politik, banyak sekali pertimbangan yang ia fikirkan.
Namun, karena panggilan orang banyak yang didorong keluarga serta rekan-rekannya, ia pun memutuskan niat karena Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dewi berfikir jika berbuat baik atas nama pribadi dan keluarganya, hanya akan ada segelintir orang yang bisa merasakannya.
Akan tetapi, jika melalui kebijakan yang dikeluarkan, tentu akan lebih mengakomodir banyak pihak.
Dalam dunia politik, Dewi Zandra Astuti Mondo memulai karirinya dengan menjadi bakal calon lagislatif Dapil I, Kecamatan Kaidipang-Pinogaluman, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Walaupun, tahapan politiknya belum dimulai, kini, tidak sedikit konstituen yang datang kepada seorang Dewi Mondo.
Mereka datang guna mengenal lebih dekat perempuan berkerudung itu, yang berniat mendedikasikan diri untuk membangun Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
(SAS)