GOPOS.ID, GORONTALO – Jumat, 31 Mei 2019 dua kali kasus bunuh diri terjadi di Gorontalo. Pertama AB alias Adi pemuda 30 tahun yang beralamat di Kelurahan Tuladenggi, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri dan ditemukan oleh keluarga sekitar pukul 03.30 WITA.
Kemudian RR alias Rahman pria paruh baya berusia 42 tahun yang ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan di dalam kamar Jumat, (31/5) sekitar pukul 20.30 Wita.
Dari berbagai informasi, Adi mengalami depresi akibat cintanya mendapat penolakan dari wanita yang selama ini dikenal begitu dekat dengannya. Sehingga beberapa pesan WhatsApp yang dicurahkan Adi kepada rekannya viral di media sosial. Karena cintanya begitu besar, ditambah tak mampu mengendalikan emosi. Adi nekad mengakhiri hidupnya dengan cara yang dilarang Allah.
Kemudian Rahman, adalah pria paruh baya yang dikenal keluarganya memiliki keterbelakangan mental. Sudah beberapa kali mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Namun oleh keluarga masih sempat untuk ditolong. Tercatat sebanyak tiga kali Rahman mencoba bunuh diri. Namun usaha itu gagal. Namun 27 Ramadan menjadi akhir dari perjalanan hidupnya. Upaya bunuh dirinya kali ini tidak diketahui keluarga. Dan ketika ditemukan, Rahman sudah tidak bernyawa lagi.
Meski bukan penyakit menular. Namun kasus bunuh diri hampir setiap tahun terjadi. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan hampir 800.000 orang melakukan bunuh diri setiap tahunnya. Kasus ini terjadi di semua umur dan menjadi penyebab utama kematian kedua di kalangan anak usia 15-29 tahun secara global pada tahun 2015. Angka bunuh diri di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 10.000 per tahun, meningkat dua kali lipat dari data sebelumnya.
Baca juga:Â Sahur, Warga Tuladenggi Digegerkan Dengan Pria yang Gantung Diri
Menurut dokter kejiwaan Gorontalo, dr. Yancy Lumentut, Sp.KJ, M.Kes bahwa salah satu pemicu orang nekad bunuh diri karena gangguan kejiwaan. Gangguan depresi salah satunya. Gangguan jiwa ini banyak dikaitkan dengan adanya ide bunuh diri.
Ada tiga gejala utama yang khas dari gangguan ini. Yaitu menurunnya suasana perasaan (mood), tidak adanya harapan hidup dan ketidakinginan melakukan sesuatu.
“Pasien dengan gangguan depresi juga sering memiliki ide-ide bunuh diri. Ide bunuh diri ini dikaitkan dengan suasan perasaan hampa dan kosong yang membuat penderita depresi merasa tidak ada gunanya hidup lagi,” ucapnya kepada gopos.id.
Pada pasien dengan ide bunuh diri yang kuat biasanya pernah memikirkan dan bahkan melakukan upaya pembunuhan diri. Sering terjadi percobaan bunuh diri berulang dan menimbulkan masalah kegawatdaruratan psikiatri.
Gangguan jiwa seperti skizofrenia paranoid juga dikaitkan dengan upaya membunuh diri. Biasanya pasien skizofrenia paranoid bunuh diri karena adanya suara-suara bisikan (halusinasi) yang membuatnya melakukan itu.
Baca juga :Â Pesan Terakhir Adi, Pria yang Tewas Gantung Diri di Tuladenggi
“Hal ini juga bisa terjadi pada pasien dengan gangguan depresi yang mempunyai ciri psikotik. Jadi pasien gangguan depresi ini mempunyai juga halusinasi yang biasanya meminta atau menyuruh pasien untuk melakukan bunuh diri karena rasa berdosa,” tutur dokter spesialis kejiwaan yang kini prakter di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie dan RSUD Aloei Saboe itu.
Lantas apa yang harus dilakukan orang atau keluarga yang mengetahui ada keluarganya yang memiliki gangguan kejiwaan? Menurut dr. Yancy bahwa seseorang itu haru segera mengetahui gangguan depresi dan hal-hal yang berkaitan dengan gangguan kejiwaan untuk bisa mencegah masalah terkait bunuh diri.
Bagi keluarga atau orang terdekat diperlukan adanya komunikasi dengan orang yang mengalami gangguan jiwa itu. Agar yang bersangkutan bisa membagi masalahnya yang merupakan langkah awal penanganan. Pengobatan yang segera juga harus dilakukan dengan baik dan tepat.
Pengobatan yang tepat akan mampu untuk mengembalikan fungsi pasien secara maksimal dan mengurangi angka kejadian bunuh diri.
Baca juga :Â Gantung Diri Terjadi Lagi, Kini di Limboto
“Penting juga bagi pasien yang memiliki gangguan depresi untuk mencurahkan isi hatinya (Curhat) apa yang ia rasakan kepada keluarga atau kerabat yang dipercaya. Jangan memendam sendiri. Nanti itu akan menjadi suatu yang lebih parah, dan berpotensi untuk membawa halusinasi kita kepada sesuatu sampai bunuh diri,” tutur Alumnus dokter kejiwaan Universitas Indonesia itu. (andi/gopos)