GOPOS.ID, GORONTALO – Sebanyak 125 orang siswa MIT Al-Ishlah Kota Gorontalo bergembira mengikuti peringatan Hari maleo Sedunia yang dilaksanakan Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA) dan Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), Jumat (18/11/2022).
Mereka menyaksikan film dokumenter tentang kehidupan burung maleo (Macrocephalon maleo) saat menggali tanah sebelum menempatkan telurnya. Mengetahui perbedaan perilaku maleo dan burung lainnya yang dijelaskan oleh Bagus Tri Nugroho Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 1 Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan mengikuti beragam kuis menarik yang dipandu oleh Duta Burung Ajeng Mawaddah Puyo.
Yang menarik lagi adalah kehadiran maskot boneka burung maleo di tengah-tengah ratusan siswa ini, mereka bergembira dan berinteraksi.
Hari maleo sedunia ini diperingati setiap tanggal 21 November. Deklarasi peringatan hari maleo ini pertama kali dilaksanakan di wisata alam Lombongo pada 21 November 2020.
Bagus Tri Nugroho yang mengenalkan keberadaan burung maleo di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.
Menurutnya burung maleo adalah jenis burung endemik Sulawesi yang memiliki keistimewaan, burung ini sangat bergantung kepada panas bumi untuk menempatkan dan menetaskan telurnya. Di luar TNBNW, ada juga maleo yang menggunakan hangatnya pasir pantai untuk menempatkan dan menetaskan telurnya.
“Sebelum bertelur sepasang maleo akan menggali tanah yang ada panas buminya untuk meletakkan telurnya, kedalamannya antara 30-60 cm, kemudian menutup kembali dengan tanah,” kata Bagus Tri Nugroho.
Burung maleo memiliki kemampuan untuk mendeteksi suhu panas bumi atau hangatnya pasir pantai yang dibutuhkan untuk menetaskan telurnya. Kemampuan istimewa ini yang membedakan dengan jenis burung-burung lain.
Baca juga: Sosok Bayu Suleman Dimata Fadel Muhammad
Setelah berada di dalam tanah yang hangat, telur ini akan menetas. Anak maleo yang menetas menggunakan kakinya untuk keluar dari cangkangnya, ia kemudian berusaha keras untuk keluar dari dalam tanah, perlahan-lahan naik ke permukaan tanah, sebelum terbang ke dalam hutan.
“Saat anakan maleo menetas, kondisinya sudah lengkap, bulu-bulunya panjang. Ini yang membedakan dengan burung lain,” ujar Bagus Tri Nugroho.
Para siswa sangat antusias mendengar paparan Bagus Tri Nugroho, mereka juga menikmati film dokumenter yang merekam sepasang maleo bertelur, menempatkan telurnya dalam tanah hingga kemunculan anak maleo ke permukaan.
Duta Burung Ajeng Mawaddah yang memandu kegiatan ini juga mengajak para siswa untuk mengikuti kuis menarik.
Para siswa diberikan potongan kepala satwa untuk ditempelkan di gambar besar yang ditempel di dinding. Mereka harus mengenali ganbar satwa yang dipilihnya apakah termasuk satwa yang ada di dalam TNBNW atau tidak.
“Kalau gambar hewan ini ada di hutan TNBNW maka harus ditempelkan di lingkaran, jika tidak ditempelkan di sisi luar lingkaran,” ujar Ajeng Mawaddah.
Kuiz menarik ini membuat banyak siswa yang penasaran, karena mereka harus mengingat kembali penjelasan Bagus Tri Nugroho yang memaparkan satwa-satwa di taman nasional Bogani Nani Wartabone. Hampir semua siswa mampu menempatkan gambar satwa dengan benar, mereka bergembira. Semua siswa yang mengikuti kuiz ini mendapatkan bingkisan.
Baca juga: Profil Rudy Salam, Aktor Senior Meninggal Dunia di Usia 73 Tahun
Kuis lain yang menarik dan menimbulkan gelak tawa para siswa adalah menirukan perilaku maleo saat bertelur. Para siswa berusaha menirukan gaya maleo akan bertelur yang disaksikan di film documenter sebelumnya. Beragam cara dan gaya dipertontonkan siswa di hadapan teman-temannya. Pengalaman menarik ini memberi kesan yang mendalam bagi mereka.
“Kami sangat senang sekali mengikuti kegiatan ini, filmnya bagus, ada foto-foto satwa, dan kegiatan lucu-lucu,” kata Alisha, salah seorang siswa MIT Al-Ishlah.
Peringatan Hari maleo Sedunia ini mendapat apresiasi dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MIT Al-Ishlah, Emmy Purwati. Menurutnya metode pengenalan satwa yang disajikan Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Perkumpulan BIOTA ini sangat menarik, tidak monoton, bahkan disukai semua siswa.
Menurutnya ratusan siswanya yang terlibat dalam kegiatan ini tidak sedikitpun terlihat jenuh, padahal kegiatan ini berlangsung menjelang pukul 14.00 Wita.
“Kami menyambut gembira kegiatan ini, sangat menarik karena metodenya tidak monoton, ada pemutaran film, menyajikan foto-foto satwa, juga ada permainan yang disukai siswa,” ujar Emmy Purwati. (rls/gopos)