GOPOS.ID, GORONTALO – Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca maka kita menjelajahi dunia tanpa harus bepergian.
Begitulah kalimat yang cukup populer didengar maupun diperdengarkan di tengah masyarakat Gorontalo. Di hampir setiap saat. Mulai dari peresmian fasilitas pendidikan, seremoni penerimaan siswa baru atau kelulusan siswa, hingga peringatan hari-hari yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Salah satunya Hari Buku Nasional sekaligus Hari Ulang Tahun Perpustakaan Nasional yang diperingati setiap 17 Mei.
Namun alih-alih memotivasi masyarakat mencintai buku. Tingkat kegemaran membaca masyarakat Gorontalo masih dalam kategori sedang. Levelnya berada di bawah rata-rata nasional. Pengertian sederhana, masyarakat Gorontalo masih kurang gemar baca buku.
Merujuk data Perpustakaan Nasional, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia secara nasional pada 2021 berada pada angka 59,52 dengan durasi atau lama membaca 1 jam, 34 menit dalam sehari. Frekuensi membaca 4-5 kali per minggu, dan jumlah bahan bacaan (buku) sebanyak 4-5 per triwulan.
Adapun tingkat kegemaran membaca masyarakat di Provinsi Gorontalo pada 2021 tercatat pada angka 56,58. Termasuk dalam kategori sedang. Selanjutnya frekuensi membaca 4-5 kali per minggu dan bahan bacaan 3-4 buku per triwulan. Angka ini menempatkan Provinsi Gorontalo pada urutan ketiga di regional Sulawesi untuk tingkat kegemaran membaca masyarakat. Urutan pertama ditempati Provinsi Sulawesi Selatan dengan angka 63,10 dan kemudian disusul Sulawesi Tenggara 57,63.
Dibandingkan kondisi 2020, tingkat kegemaran membaca masyarakat di Provinsi Gorontalo pada 2021 mengalami kenaikan. Tingkat kegemaran membaca Provinsi Gorontalo pada 2020 berada pada angka 51,36. Ada kenaikan lebih kurang 5 poin.
Kemajuan teknologi informasi yang menawarkan berbagai kemudahan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kegemaran masyarakat Gorontalo membaca buku. Terutama di kalangan generasi millennial hingga generasi Z. Salah satu contoh penggunaan mesin pencari (search engine) yang lebih familiar dan lebih sering digunakan, dibanding harus mengulik lembar demi lembar buku yang ada di perpustakaan.
“Lebih simpel dan cepat. Apalagi sering kali kita punya dua atau tiga tugas yang sudah harus selesai dalam waktu kurang dari seminggu,” ujar Dewi, mahasiswi semester III salah satu perguruan tinggi di Gorontalo.
Kecenderungan lebih suka menonton dibanding membaca ikut berkontribusi dalam kegemaran membaca. Situasi tersebut sangat kentara saat diterapkannya pembelajaran dalam jaringan (daring) di masa puncak pandemi Covid-19. Materi pembelajaran dalam bentuk video dan ilustrasi lebih disukai di kalangan siswa ketimbang pembelajaran dalam bentuk tulisan berformat PDF atau e-book.
Pegiat Literasi, Nikhen Mokoginta, yang juga Ketua Sampul Belakang Gorontalo bercerita pengalamannya saat membuka lapak baca buku. Antusias generasi muda untuk datang ke lapak baca buku yang disediakan Sampul Belakang cukup tinggi. Banyak anak-anak muda di Gorontalo yang datang. Akan tetapi menurut Niken, banyak di antara mereka yang menghabiskan waktu memilah-milih buku yang dibaca.
“Yang pinjam buku lalu membaca sampai habis atau menamatkan satu buku jarang ada,” kata Niken.
Niken mengungkapkan, jenis buku yang disukai atau digandrungi generasi muda di Gorontalo secara umum bergenre fiksi. Seperti novel dan cerita pendek.
“Untuk novel-pun tidak semua digandrungi. Ada cerpen yang romance seperti Eka Kurniawan, Pramoedya itu sedikit yang suka. Anak-anak jaman sekarang lebih suka membaca novel oleh penulis-penulis kekinian. Seperti Fiersa Besari, Rintik Sedu, Boy Candra,” tutur perempuan berhijab itu.
Untuk format buku yang dibaca, kebanyakan memilih buku cetak daripada format PDF. Akan tetapi ada beberapa yang memutuskan memilih format digital dengan pertimbangan biaya.
Duta Baca Provinsi Gorontalo, Rahman Danial, juga menyampaikan pendapatnya mengenai respon anak muda terhadap kegemaran membaca buku. Pria yang sering disapa Aman ini mengatakan, dari pengalamannya setiap orang tergantung selera dalam membaca buku.
“Kalau teman-teman mahasiswa yang bisa aktivis di organ ekstra misalnya mereka lebih suka buku-buku yang biasa disebut ‘buku kiri’ seperti buku tentang ideologi dan sebagainya. Ada juga orang-orang yang senang membaca buku-buku fiksi,” kata Rahman.
Menurutnya, tidak sedikit pula dari anak muda suka dengan buku nonfiksi seperti buku-buku pengembang diri. Bahkan ada yang tertarik membaca buku karena ikut-ikutan karena buku tersebut viral.
“Mereka membaca karena didorong rasa penasaran setelah buku-buku tersebut viral,” ungkapnya.
Genjot Gemar Membaca Lewat Pocadi
Upaya meningkatkan kegemaran membaca di kalangan masyarakat sudah sering dilakukan. Sejumlah program dan kegiatan dilaksanakan baik oleh dinas perpustakaan maupun instansi lain yang berkaitan. Seperti penambahan koleksi buku, peningkatan sarana dan prasarana, hingga kemudahan akses melalui perpustakaan mobile.
Di Perpustakaan dan Kearsipan Kota Gorontalo saat ini memiliki satu gedung perpustakaan umum, dua unit mobil perpustakaan keliling, dan 35 perpustakaan kelurahan. Adapun koleksi buku di perpustakaan umum sebanyak 11.504 buku dengan 4.906 judul buku.
Plt Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Gorontalo, Marlen Mumbungi, mengungkapkan situasi pandemi sejak awal 2020 ikut berdampak terhadap jumlah kunjungan masyarakat ke perpustakaan. Hal itu seiring kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat dalam rangka meminimalisir dampak pandemi.
“Sepanjang 2021 jumlah pengunjung di perpustakaan umum, mobil keliling sampai dengan perpustakaan kelurahan sebanyak 11.012 orang,” ungkap Marlen, Jumat (13/5/2022).
Program peningkatan gemar membaca juga dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Seperti yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Gorontalo berupa Pojok Baca Digital (Pocadi).
“POCADI terletak di 2 tempat berbeda yaitu di lantai 1 Masjid Kampus Sabilurarsyad UNG dan di Kantor eks Gubernur,” ujar Pustakawan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo, Aditya, saat dijumpai gopos.id, Jumat (13/5/2022).
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo juga memberlakukan perpustakaan keliling di wilayah Kota Gorontalo guna mengajak masyarakat untuk gemar membaca.
“Perpustakaan keliling ini juga selalu beroperasi setiap bulan di Kota Gorontalo, selain daripada itu kami juga melakukan edukasi terhadap siswa/siswi di Gorontalo,” ucapnya. (muhajir/sari/ari/gopos)