GOPOS.ID, YOGYAKRATA – Komunitas Perupa Gorontalo, Tupalo, menggelar pameran tandang di kota seni rupa Indonesia, Yogyakarta. Pameran kelompok ini menjadi pilot project pertama program luar peta dari RuangDalam Art House, Galeri seni rupa kontemporer seni rupa Yogyakarta.
tema besar yang diusung oleh Perupa Gorontalo dalam pameran kali ini adalah, ‘Wolo Utiye’ yang berarti ‘Apa Itu’ dalam Bahasa Gorontalo. Aktivis kebudayaan Gorontalo, Awaludin Ahmad mengatakan pemilihan diksi itu, karena begitu lekat dengan kehidupan orang Gorontalo. Kalimat itu, kata Awaludin biasa terlontar dengan nada sedikit berteriak, ketika mendengar bambuwa atau cangkang kerang laut, sebagai pemberi tanda penjaja ikan sudah datang.
“Pertanyaan itu kemudian akan dijawab dengan cekatan oleh penjaja ikan, dengan menyebutkan semua jenis ikan yang dia bawa, dalam keranjang yang ditautkan dibagian belakang sepedanya,” Ungkap Awal, kamis (24/06/21).
Baca Juga: 69 Peserta Dari Enam Kafilah Ikuti STQH
Awaludin melanjutkan, memori kolektif ini mulai pudar seiring zaman. Sepeda penjaja ikan berganti dengan sepeda motor dan kalimat ‘Wolo Utiye’ kian jarang terdengar. Terlebih setelah penjaja ikan menjamur di seluruh pelosok Gorontalo, dan membentuk pasar-pasar kaget di sudut-sudut jalan.
“Kata itu adalah tanya sederhana, yang mampu menjawab banyak hal. Laut dan danau bukan semata soal air dan kaya kandungannya. Tapi juga segala hidup nelayan, dan segala makhluk serta tanda alam yang melingkupinya,” jelas Awal.
Sebelum pelaksanaan pameran, Awaludin mengatakan pihaknya mengadakan proses seleksi yang sangat ketat melalui open call. Prosesi ini melibatkan tim kurator yang terdiri dari I Wayan Seriyoga Parta, Kurator dan pendiri Gurat Institut sekaligus dosen seni rupa UNG, dan Gusmen Heriyadi, pemilik RuangDalam ARt House, sekaligus seniman dan kurator.
“Dari Proses ini, terpilih 17 seniman dengan ragam langgam, gagasan dan medium,” pungkasnya. (Abin/Gopos)