GOPOS.ID, GORONTALO – Penyebarluasan penyakit HIV-AIDS di Gorontalo semakin memperhatikan.
Tercatat sejak 2001 sampai September 2018 ada 204 kasus HIV dan 231 kasus AIDS Gorontalo. Angka ini terus bertambah ditiap tahunnya.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dalam empat tahun terakhir kasus HIV-AIDS menunjukkan trend negatif, di tahun 2015 misalnya ditemukan 7 kasus HIV dan 30 kasus AIDS, kemudian 2016 kasus bertambah dengan 18 kasus HIV dan 30 AIDS.
Paling parah terjadi di tahun 2017, kasus baru ditemukan mencapai 64 kasus HIV dan 38 AIDS. Sementara sampai dengan September 2018 ada 40 kasus baru HIV dan 33 kasus AIDS.
Menurut Kepala seksi pengendalian dan pemberantasan penyakit menular, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dr. Irma Cahyani Ranti bahwa sejak mencuatnya fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT), jumlah penderita HIV-AIDS ikut meningkat pesat. Ditambah dengan intesitas screening atau deteksi dini HIV-AIDS jumlah penderita HIV/AIDS langsung naik drastis.
“Untuk Gay, Waria, Lesbian (GWL) itu terbilang cukup tinggi. Ada 89 kasus HIV dan 78 kasus AIDS. Biseksual itu 17 kasus HIV, 7 kasus AIDS. Sementara untuk hubungan seks/heteroseks ada 78 kasus HIV dan 112 kasus AIDS,” ucap dr. Irma.
Kasus ini masih terbilang cukup kecil, sebab masih banyak warga Gorontalo yang belum melakukan screening. Sehingga memungkinkan bagi masyarakat yang tidak melakukan screening atau deteksi dini terinfeksi HIV-AIDS.
“Sangat penting untuk screening, meski orang itu terlihat sehat, belum tentu ia bebas HIV-AIDS. Jangan nanti sudah ada gejala baru mau melakukan pemeriksaan. Sebab kalau sudah gejala maka sudah masuk stadium lanjut dan tidak ada obat yang bisa mengobati penyakit ini sampai sembuh. Hanya menekan angka penyebarluasan virus tersebut di dalam tubuh,” sambung dr. Irma.
Di tahun depan dr. Irma berharap bahwa akan semakin banyak partisipasi masyarakat yang mau melakukan pemeriksaan dirinya HIV-AIDS di puskesmas atau rumah sakit daerah. Serta kepedulian orang tua dalam menjaga anak-anaknya dari pergaulan bebas.
“Paling penting adalah menghentikan kegiatan buruk LGBT. Agar tidak menambah kasus-kasus baru di Gorontalo,” tandasnya. (adm-01/gopos)