GOPOS.ID, SUWAWA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone Bolango merintis pengembangan geopark untuk ekowisata minat khusus. Geopark itu mengusung brand Burung Maleo.
Brand burung maleo diusung karena sudah empat tahun terakhir, Desa Hungayono, Bone Bolango menjadi destinasi wisata dunia. Para wisatawan mancanegara berdatangan untuk melihat keindahan alam. Mulai dari lokasi air terjun hingga tempat penangkaran burung maleo.
“Hal ini menjadi potensi kerja sama pemerintah daerah dan KLH dengan menyusun konsep ekowisata minat khusus dengan poin utama sustainabel distric yang akan menjadi daya tarik dari para wisatawan mancanegara,” tutur Sekretaris Daerah Bone Bolango, Ishak Ntoma, dalam webinar pencanangan hari maleo sedunia, Jumat (20/11/2020).
Menurut Ishak Ntoma, Pemkab Bone Bolango akan memfasilitasi homestay, sehingga para wisatawan dapat menginap di homestay.
“Hubungan antara kawasan yang dengan kawasan yang lain tentang Ekowisata ini Bone Bolango sangat memungkinkan. Rute perjalanannya dari pemandian Lombongo, Hungayono, Tulabolo sampai ke Pinogu,” tutur Ishak Ntoma.
Lebih lanjut Ishkan Ntoma menjelaskan, intervensi yang dilakukan oleh KLHK membuat beban Pemerintah Daerah menjadi lebih ringan. Dari segi kewenangan lebih menjurus ke arah KLHK. Tugas Pemerintah Daerah yaitu menguatkan dan menyadarkan masyarakat yang ada di kawasan destinasi wisata Maleo untuk bisa bersama-sama menjaga dan melindungi hutan.
“Pemerintah sementara merintis Geopark dari kawasan pesisir, daratan maupun hutan. Ekowisata yang menjadi faktor utama dari geopark yaitu Brand Maleo di daerah Bone Bolango,” urai Ishak Ntoma.
Ekowisata dari Maleo akan menjadi daya tarik sebagai pemanfaatan secara tidak langsung. Wisatawan datang melihat, meneliti dan melakukan pendidikan wisata.
“Sudah 2 tahun terakhir telah melakukan pembimbingan teknis kepada kelompok sadar wisata dan kelompok masyarakat yang menyiapkan rumahnya sebagai homestay untuk wisatawan,” kata Ishak Ntoma.(mitha/gopos)