GOPOS.ID,GORONTALO – Ada ribuan mahasiswa rantau yang terjebak tidak bisa mudik ke kampung halaman sejak larangan mudik saat masa pandemi dikeluarkan. Salah satunya Bagus Setio Raharjo, mahasiswa rantau yang mengemban pendidikan di Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
“Saya sudah lama merantau sudah hampir 7 tahun, tetapi kondisi seperti ini baru kali ini saya rasakan. Benar-benar susah mba, awalnya saya ngontrak tapi banyak yang pulang kampung jadi tinggal tersisa saya dan senior saya seorang. Kami sudah tidak mampu bayar listriknya mbak jadi terpaksa kami numpang di kos teman,”Jelas Bagus kepada gopos.id, Sabtu (9/4/2020).
Ia juga mengungkapkan alasannya tidak pulang. Selain kampungnya jauh dan harus menyembarangi lautan, biayanya untuk tranportasi juga cukup besar. Ironinya akses internet di kampungnya masih sangat terbatas.
“Jadi kalau saya maksa pulang, udah makan biaya tambah saya kemungkinan nggak bisa ikut pembelajaran online. Takutnya lagi kalau saya tidak sengaja terjangkit virus ini di tengah perjalanan tentu itu bisa membahayakan keluarga saya,” urainya.
Sebelumnya ia juga mengatakan, sudah ada pendataan dari pihak UM Go untuk calon penerima bantuan Covid-19 dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Gorontalo. Akan tetapi sampai dengan sekarang belum ada realisasinya.
“Kemarin itu sudah didata seluruh mahasiswa rantau dari luar daerah, yang masih bertahan di kos untuk mendapat bantuan dari Dinsos. Saya juga sudah mengisinya, tapi sampai sekarang belum ada. Sampai saat ini saya masi menunggu mbak karena biaya hidup makin tinggi, belum untuk makan, paket data untuk kuliah online, dan uang SPP semester depan,” tuturnya.
Terakhir, ia sangat berharap kepada pihak terkait agar dapat memperhatinkan nasib mahasiswa perantau sepertinya. Tak harus banyak,sedikitnya sudah bisa membantu untuk makan. (Widya/gopos)