GOPOS.ID, GORONTALO – Angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada September 2018 mengalami penurunan menjadi 15,83 persen. Salah satu faktor penyebab menurunnya angka kemiskinan adalah terkendalinya inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo mencatat, selama periode Maret 2018 hingga September 2018 inflasi umum relatif rendah. Yaitu sebesar 1,01 persen.
Baca juga : Angka Kemiskinan Gorontalo Turun Jadi 15,83 Persen
Sejalan inflasi umum yang relatif rendah, pertumbuhan harga beberapa komoditi pokok penyumbang garis kemiskinan (GK) selama periode Maret 2018-September 2018 relatif terkendali. Sehingga mampu menahan laju pertumbuhan garis kemiskinan sekaligus mempertahankan daya beli masyarakat.
“Dalam periode tersebut, komoditi telur ayam ras mengalami rata-rata kenaikan harga sebesar 25,16 persen. Dari sebelumnya Rp1.292 pada Maret 2018 menjadi Rp1.617 pada September 2018. Hal yang sama terjadi pada daging sapi. Mengalami rata-rata kenaikan harga sebesar 2,27 persen. Pada Maret 2018 sebesar Rp110 ribu per kilogram menjadi Rp112.500 per kilogram pada September 2018,” terang Kepala BPS PRovinsi Gorontalo Herum Fajarwati.
Baca juga : KKP Bantu Perizinan Kapal Nelayan Gorontalo
Sementara itu untuk komoditi beras, yang merupakan penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan mengalami ratarata penurunan harga sebesar 0,55 persen. Pada Maret 2018 harga beras di Gorontalo rata-rata Rp10.743 menurun menjadi Rp10.684 pada September 2018.
“Komoditi lain seperti bawang merah dan cabai rawit juga mengalami rata-rata penurunan harga sebesar 12,89 dan 25,60 persen,” urai Herum Fajarwati.
Peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) juga menjadi kunci penurunan angka kemiskinan. Pada September 2018, NTP mengalami kenaikan 2,61 poin dibandingkan Maret 2018 atau 2,53 persen.
“Dengan sebagian besar penduduk miskin bekerja di sektor pertanian (lebih dari 60 persen), maka peningkatan NTP dapat menjadi indikasi terjadinya perbaikan kesejahteraan mereka,” tutur Herum.(adm-02)