GOPOS.ID, LIMBOTO – Seluruh lapisan masyarakat di Gorontalo diharapkan tidak memperlakukan diskriminatif terhadap jemaah asal Gorontalo yang mengikuti ijtima tablig di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Harapan disampaikan Irawan Tongkodu, salah seorang jemaah tablig Kabupaten Gorontalo yang mengikuti pemeriksaan rapid tes di Gelanggang Olahraga (GOR) David-Tony, Limboto, Jumat (10/4/2020).
Menurut Irawan Tongkodu, sejak beredarnya kabar adanya warga Gorontalo yang positif terpapar Covid-19, kalangan jemaah tablig kerap mendapat sorotan. Bahkan perlakukan diskriminatif. Terutama jemaah yang mengikuti ijtima tablig di Gowa, Sulawesi Selatan.
“Semalam itu ada yang datang, dan menginformasikan bahwa besok ada rapid test. Keesokan paginya sudah beredar kabar bahwa saya sudah dikarantina. Masyarakat berfikir bahwa saya sudah positif. Padahal sejak kepulangan itu saya sudah karantina mandiri,” ujarnya kepada gopos.id, Jumat (10/04/20).
Baca juga: Positif Corona, Gorontalo Tetapkan Status Tanggap Darurat
Irawan mengungkapkan, perlakuan tak mengenakkan itu tidak hanya dirasakan dirinya pribadi. Tetapi juga turut dirasakan anggota keluarga keluarga.
“Bukan hanya saya. Sebagian teman-teman saya juga mengalami hal serupa. Oleh karena itu saya berharap masyarakat lebih selektif dalam menerima informasi dan tidak mudah memberi stigma negatif,” imbau pria berusia 39 tahun itu.
Sementara itu pantauan gopos.id, sedikitnya ada lebih kurang 60 jemaah yang menjalani pemeriksaan rapid test. Pemeriksaan tersebut turut disaksikan Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo, bersama unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kabupaten Gorontalo.
Pemeriksaan rapid tes dilakukan oleh dua tenaga medis. Setiap jemaah diambil sampel darah dan kemudian dicek menggunakan alat rapid test kit. (Arif/gopos)