GOPOS.ID, GORONTALO – Ketersediaan tenaga dokter spesialis yang memadai masih menjadi kendala yang dihadapi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto, Kabila, Bone Bolango. Hal itu berdampak terhadap pelayanan yang ada di rumah sakit milik Pemkab Bone Bolango tersebut.
Masih minimnya tenaga dokter yang ada di RSUD Toto menjadi aspirasi yang diterima Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) PRovinsi Gorontalo daerah Pemilihan Bone Bolango, saat reses, Selasa (10/3/2020). Dalam agenda tersebut, Aleg DPRD Gorontalo melakukan peninjauan pelayanan di RSUD Toto, Kabila.
Pada kesempatan itu, aleg Deprov menerima keluhan kurangnya dokter yang ada di Rumah Sakit Toto Kabila. Jumlah dokter spesialis yang tetap di rumah sakit tersebut hanya delapan orang.
Anggota Deprov, Yeyen Sadiki, menyampaikan kekurangan dokter di RSUD Toto bisa menyebabkan pelayanan yang tidak maksimal. Oleh karena itu, masalah ini harus segera ditangani secepat oleh pihak terkait.
“Di Bone Bolango, masalahnya bukan hanya di RS. Namun, di puskesmas pun fasilitas banyak yang tidak memadai. Masalah ini akan menjadi catatan kami. Kita akan bahas dan secepatnya akan dicarikan jalan keluar,” ungkap Yeyen.
Sementara anggota DPRD Provinsi lainya, Faisal Hulukati yang turut dalam reses menyampaikan, dokter yang berada di RS Toto Kabila banyak berasal dari RS Aloe Saboe. Hal ini bisa menjadi salah satu keterlambatan dalam pelayanan.
“Kalau di RS Aloe Saboe ada jam kerja, ia tidak bisa bekerja di RS Toto Kabila. Pasien harus menunggu dokter jika ia sedang bertugas di tempat lain. Mereka juga ASN yang wajib kerja di sana,” tuturnya.
Baca juga:Â Deprov Gorontalo Awasi Masa Transisi Pengelolaan Panti Jompo
Menurut Faisal, masalah di RS Toto Kabila yang menghambat untuk mendatangkan dokter adalah biaya intensif yang kurang. Besaran intensif sebesar Rp3 juta. Sedangkan di wilayah lain, misalnya di Kabupaten Pohuwato intensifnya sebesar Rp10 juta.
“Pelayanan kesehatan di Bone Bolango sudah bagus yakni 1×24 Jam. Tapi, banyak dokter yang tidak berada di tempat. Kalau masalah di puskesmas sendiri yakni tidak adanya apoteker, analisis laborarium, dan kekurangan tenaga medis lainya,” kata Faisal menjabarkan.
Lebih lanjut kata Faisal, masalah yang dikeluhkan yang disampaikan kepada pihak Deprov Gorontalo akan segera ditindaki. Persoalan terkait tidak maksimalnya pelayanan itu akan bisa diselesaikan dengan pemenuhan kebutuhan RS dan Puskesmas sendiri.
“Paling tidak dengan perbaikan pelayanan kesehatan, hal-hal yang tidak kita inginkan bersama tidak mudah terjadi,” ungkap Faisal berharap.
Ia menambahkan, masalah lain yang dikeluhkan saat reses adalah penurunan pengguna BPJS. Pengguna BPJS di Bone Bolango Tahun 2019 sebanyak 36 Ribu. Sementara Tahun 2020 tinggal 16 Ribu.
“Di Bone Bolango, pengguna BPJS berkurang karena iuran yang mahal. Pasien yang masuk RS, banyak yang tidak memiliki kartu. Tapi di RS Toto Kabila, kadang melayani mereka walau tidak punya kartu. Ini tentu berdampak pada anggaran. Muda-mudahan dengan telah dikembalikanya biaya administrasi BPJS segala keluhan tidak kita temukan lagi,” ujarnya. (muhajir/gopos)