GOPOS.ID GORONTALO – Tim BIOTIT (Bongongoayu Inovasi & Optimalisasi Terpadu) Universitas Negeri Gorontalo berhasil menorehkan prestasi bergengsi dengan meraih Juara Favorit pada ajang bergengsi INNOVILLEAGUE 2025.
Penghargaan juara favorit tersebut diserahkan oleh Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes., yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia pada Kamis 14 Agustus 2025 di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional Forum Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Kompetisi yang digagas Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) ini diikuti ribuan mahasiswa yang tergabung dalam ratusan tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam kompetisi ini, Tim BIOTIT mengusung program pengabdian bertajuk “Geo-Agro Wellness Bongongoayu: Pengembangan Geowisata Edukatif dan Agribisnis untuk Ketahanan Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Berkelanjutan.” Gagasan tersebut lahir dari hasil penelitian mendalam mengenai kondisi Desa Bongongoayu, Kabupaten Gorontalo. Desa ini masih menghadapi tantangan kemiskinan, dengan sekitar 10 persen warganya hidup di bawah garis sejahtera dan rata-rata pendapatan keluarga hanya sekitar Rp700.000 per bulan. Mayoritas masyarakat, hampir 70 persen, menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian, namun sering kali terjebak dalam keterbatasan harga dan keterbatasan akses pasar.
Melalui program Geo-Agro Wellness Bongongoayu, Tim BIOTIT menawarkan solusi pemberdayaan berbasis potensi lokal. Mereka mengintegrasikan kekayaan alam berupa sumber daya geotermal, komoditas unggulan berupa kebun jambu kristal, serta produk khas desa yakni kue kerawang. Seluruh potensi tersebut kemudian dikembangkan melalui pendekatan geowisata edukatif dan agribisnis yang dikelola berbasis komunitas. Salah satu strategi yang ditawarkan adalah pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sebagai motor penggerak, sehingga masyarakat dapat terlibat langsung dalam pengelolaan wisata, produksi, hingga pemasaran. Harapannya, model ini mampu meningkatkan pendapatan warga, membuka lapangan kerja baru, dan memperkuat ketahanan ekonomi desa secara berkelanjutan.
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Desa, Desa Tertinggal, dan Desa Tertentu, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc., mengungkapkan apresiasinya terhadap semangat para peserta. “8 tim ini kami juga terus terang tidak mudah untuk memilih karena semua gagasannya bagus dan ini kami seleksi dari hampir 2000 mahasiswa Pak Menko dan ini adalah kerja yang saya pikir luar biasa karena diselenggarakan dalam waktu kurang dari 2 bulan. Ini menunjukkan bahwa antusiasme kesadaran mahasiswa untuk bekerja pada hal-hal nyata sangat terbuka dan eager untuk bisa memberikan kontribusi pada bangsa dan negara,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Dr (HC). Dr. A. Muhaimin Iskandar, M.Si., menegaskan bahwa hasil dari kompetisi ini harus ditindaklanjuti agar tidak hanya berhenti di tataran ide. “Terima kasih atas inovasi yang dilakukan. Saya bangga tadi Inovillague yang betul-betul menang tadi berdasarkan ilmu riset dan bisa diimplementasikan langsung di masyarakat kita. Adik-adik kita luar biasa Pak Deputi dan saya bertekad para pemenang ini nanti kita cari biaya agar langsung juga diimplementasikan di berbagai pilot project di berbagai daerah,” tegasnya.
Menutup Sambutannya, ia menambahkan optimisme terhadap masa depan bangsa. “Apresiasi yang tinggi pada adik-adik mahasiswa yang hadir, adik adik dari perguruan tinggi. Saya bangga betul inovasi riset dan kerja Anda dalam inovillague ini. Saya optimis Indonesia akan semakin maju dengan cepat. Amin ya robbal alamin. Sekali lagi tepuk tangan kepada 8 perguruan tinggi yang lolos dan selamat kepada juara. Ini langkah awal kita untuk berkolaborasi,” simpulnya.
Keberhasilan Tim BIOTIT UNG dalam ajang INNOVILLEAGUE ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa riset dan inovasi dapat menghadirkan solusi strategi bagi pemberdayaan masyarakat desa. Tidak hanya sekedar kompetisi, gagasan yang diusung berkisar besar untuk diterapkan di lapangan sebagai model pembangunan berkelanjutan berbasis potensi lokal.
Tim BIOTIT (Bongongoayu Inovasi & Optimalisasi Terpadu) Universitas Negeri Gorontalo berhasil menorehkan prestasi bergengsi dengan meraih Juara Favorit pada ajang bergengsi INNOVILLEAGUE 2025. penghargaan juara favorit tersebut diserahkan oleh Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes., yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia pada Kamis 14 Agustus 2025 di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional Forum Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Kompetisi yang digagas Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) ini diikuti ribuan mahasiswa yang tergabung dalam ratusan tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam kompetisi ini, Tim BIOTIT mengusung program pengabdian bertajuk “Geo-Agro Wellness Bongongoayu: Pengembangan Geowisata Edukatif dan Agribisnis untuk Ketahanan Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Berkelanjutan.” Gagasan tersebut lahir dari hasil penelitian mendalam mengenai kondisi Desa Bongongoayu, Kabupaten Gorontalo. Desa ini masih menghadapi tantangan kemiskinan, dengan sekitar 10 persen warganya hidup di bawah garis sejahtera dan rata-rata pendapatan keluarga hanya sekitar Rp700.000 per bulan. Mayoritas masyarakat, hampir 70 persen, menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian, namun sering kali terjebak dalam keterbatasan harga dan keterbatasan akses pasar.
Melalui program Geo-Agro Wellness Bongongoayu, Tim BIOTIT menawarkan solusi pemberdayaan berbasis potensi lokal. Mereka mengintegrasikan kekayaan alam berupa sumber daya geotermal, komoditas unggulan berupa kebun jambu kristal, serta produk khas desa yakni kue kerawang. Seluruh potensi tersebut kemudian dikembangkan melalui pendekatan geowisata edukatif dan agribisnis yang dikelola berbasis komunitas. Salah satu strategi yang ditawarkan adalah pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sebagai motor penggerak, sehingga masyarakat dapat terlibat langsung dalam pengelolaan wisata, produksi, hingga pemasaran. Harapannya, model ini mampu meningkatkan pendapatan warga, membuka lapangan kerja baru, dan memperkuat ketahanan ekonomi desa secara berkelanjutan.
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Desa, Desa Tertinggal, dan Desa Tertentu, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc., mengungkapkan apresiasinya terhadap semangat para peserta. “8 tim ini kami juga terus terang tidak mudah untuk memilih karena semua gagasannya bagus dan ini kami seleksi dari hampir 2000 mahasiswa Pak Menko dan ini adalah kerja yang saya pikir luar biasa karena diselenggarakan dalam waktu kurang dari 2 bulan. Ini menunjukkan bahwa antusiasme kesadaran mahasiswa untuk bekerja pada hal-hal nyata sangat terbuka dan eager untuk bisa memberikan kontribusi pada bangsa dan negara,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Dr (HC). Dr. A. Muhaimin Iskandar, M.Si., menegaskan bahwa hasil dari kompetisi ini harus ditindaklanjuti agar tidak hanya berhenti di tataran ide. “Terima kasih atas inovasi yang dilakukan. Saya bangga tadi Inovillague yang betul-betul menang tadi berdasarkan ilmu riset dan bisa diimplementasikan langsung di masyarakat kita. Adik-adik kita luar biasa Pak Deputi dan saya bertekad para pemenang ini nanti kita cari biaya agar langsung juga diimplementasikan di berbagai pilot project di berbagai daerah,” tegasnya.
Menutup Sambutannya, ia menambahkan optimisme terhadap masa depan bangsa. “Apresiasi yang tinggi pada adik-adik mahasiswa yang hadir, adik adik dari perguruan tinggi. Saya bangga betul inovasi riset dan kerja Anda dalam inovillague ini. Saya optimis Indonesia akan semakin maju dengan cepat. Amin ya robbal alamin. Sekali lagi tepuk tangan kepada 8 perguruan tinggi yang lolos dan selamat kepada juara. Ini langkah awal kita untuk berkolaborasi,” simpulnya.
Keberhasilan Tim BIOTIT UNG dalam ajang INNOVILLEAGUE ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa riset dan inovasi dapat menghadirkan solusi strategi bagi pemberdayaan masyarakat desa. Tidak hanya sekedar kompetisi, gagasan yang diusung berkisar besar untuk diterapkan di lapangan sebagai model pembangunan berkelanjutan berbasis potensi lokal. (Rama/Gopos)