Kulit ceker ayam bagi sebagian orang merupakan barang kurang bernilai. Bahkan ada yang menganggap bila kulit kaki ayam tersebut merupakan limbah yang dibuang begitu saja. Tapi siapa sangka di tangan Nurman Farieka Ramdhany, kulit ceker ayam menjadi sebuah karya gemilang.
Wa Ode Saritilawa, Gorontalo
Sepatu berbahan kulit atau kerap disebut sepatu kulit menjadi pilihan banyak orang ketika memilih sepatu. Selain ketahanan yang awet dalam melindungi kaki, sepatu kulit juga memiliki keunikan tersendiri. Baik dari sisi model maupun dari bahan baku yang digunakan.
Lazimnya sepatu kulit dibuat dari bahan baku kulit sapi, kulit kambing atau domba. Selain itu ada pula dibuat dari bahan kulit yang eksotik. Yakni kulit buaya dan ular. Sudah tentu harga sepatu kulit dari bahan baku kulit eksotik tersebut harganya jauh lebih mahal dibandingkan sepatu kulit pada umumnya. Sebab material untuk pembuatan sepatu tersebut terbilang langka dan sulit didapatkan.
Lalu bagaimana dengan sepatu dari kulit ceker atau kaki ayam? Sekilas kedengarannya agak aneh. Nyatanya, sepatu dari kulit ceker ayam memang benar-benar ada. Pembuatnya adalah Nurman Farieka Ramdhany, pemuda penuh kreativitas yang berdomisili di Kota Bandung, Jawa Barat. Mengusung brand Hirka, Nurman Farieka Ramdhany membawa sepatu kulit kaki ayam buatannya menembus pasar nasional hingga internasional.
Langkah Nurman membuat sepatu dari bahan baku kulit ceker/kaki ayam dimulai pada 2012. Berawal dari masalah perburuan liar untuk mendapatkan kulit eksotik seperti ular dan buaya. Maka Nurman berinovasi mengembangkan material utama kulit ceker ayam sebagai alternatif kulit eksotik dari ular dan buaya.
“Mayoriti material (kulit ular dan buaya) yang disediakan di Indonesia adalah material dari perburuan liar,” ungkap Nurman dalam diskusi virtual Good Movement “Inspirasi dari Kisah Sukses”: Membangun Masa Depan Melalui Kewirausahaan Bersama Penerima SATU Indonesia Awards, yang diselenggarakan GNFI Academy, Senin (2/10/2023).
Penelitian yang dilakukan Nurman untuk mengolah kulit ceker ayam menjadi sepatu berlangsung dalam waktu yang cukup panjang. Apalagi pengolahan kulit ceker ayam untuk menjadi bahan baku sepatu memakan waktu yang cukup lama, serta proses yang dilakukan secara handmade atau buatan tangan. Dimulai dari proses pemisahan kulit dan tulang sampai dengan pewarnaan untuk mendapatkan warna yang cantik dan unik.
Uji coba secara terus menerus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Hingga pada 2015, Nurman mulai melakukan riset untuk produk dan pasar.
“Saat itu ada isu produk dari luar akan masuk Indonesia dengan harga yang lumayan terjangkau. Maka kita melakukan research untuk mengeluarkan inovasi, dan alhamdulillah itu direspon oleh teman-teman,” ujar Nurman.
Nurman mengakui bila kompetisi memasarkan produk yang dibuat sangat ketat. Membutuhkan banyak effort disertai inovasi. Oleh karena itu, Nurman memilih membuat sebuah mahakarya dengan value yang bisa di-share dan dinikmati orang lain.
“Kita coba deliver dengan baik. Tidak hanya eksotiknya dari ceker ayam, tetapi juga luxury-nya, eksklusif-nya. Banyak benefit dan value lain yang kita share,” tutur Nurman.
Dengan konsep dan inovasi tersebut, Nurman melahirkan Brand Hirka untuk sepatu ceker dari kulit ceker ayam. Produksi sepatu dari kulit ceker ayam pertama di Indonesia ini dimulai dengan jumlah terbatas. Awalnya sekitar 100 pasang setiap bulannya. Pada 2017, Nurman membawa Hirka Shoes ke ajang pameran INACRAFT. Tampil dengan mengusung konsep keunikan dan kemewahan, Hirka Shoes berhasil mencuri perhatian. Hal itu ikut berdampak signifikan terhadap produksi sepatu kulit ceker ayam. Produksi sepatu meningkat hingga 200 pasang per bulan.
Pemasaran produk yang dihasilkan ikut meluas pula. Selain di wilayah Indonesia, pemasaran sepatu kulit ceker ayam telah menembus pasar dunia. Seperti seperti Malaysia, Brasil, Prancis, Hongkong, dan Singapura.
Riset dan Proses Panjang
Upaya Nurman Farieka Ramdhany merintis Hirka Shoes dengan produk unggulan sepatu kulit ceker ayam tak datang serta merta. Berbagai penelitian dengan proses yang panjang mengawali hadirnya Hirka Shoes. Lebih dari 4 tahun lamanya, Nurman melakukan riset dengan berbagai percobaan untuk menemukan produk yang sesuai.
“Kita research-nya mulai dari material, menjadi produk dan didistribusi. Itu kita research-nya sampai 4 tahun,” ungkap Nurman.
Nurman mengakui bila perjalanan membawa Hirka Shoes sebagai produk unggulan bukanlah perkara mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan itu tak hanya dari pihak luar seperti kompetitor, tetapi juga orang di lingkungan sekitar. Awalnya mereka ragu bila sepatu kulit ceker ayam, Hirka, bisa masuk pasar.
“Dalam perjalanan 4 tahun perjalanan, keraguan muncul, kekhawatiran mulai muncul, tapi alhamdulillah bisa dilewati, karena semua proses kita lewati dengan baik. Kita belajar terus dan alhamdulillah bisa di titik saat ini,” urai Nurman.
Respon yang Beragam
Penggunaan material kulit ceker ayam pada produk sepatu Hirka memberikan respon yang beragam. Nurman mengakui bila banyak orang dan konsumen yang kaget mengetahui bila kulit yang digunakan untuk sepatu Hirka berasal dari kulit ceker ayam.
“Material yang kita punya itu baru, dan mereka juga lumayan terkaget-kaget. Apalagi produk kita yang pertama untuk wanita, yang mereka sudah lama terbiasa menyentuh produk kita. Ketika mereka tahu, ada feedback beragam,” terang Nurman.
Harga yang sama dengan kulit sapi menjadi salah satu tanggapan yang muncul saat konsumen mengetahui bila Hirka Shoes dibuat dari kulit ceker ayam. Tanggapan ini muncul karena mereka menilai kulit ceker ayam merupakan bahan baku yang mudah didapat dan nilainya lebih murah dibandingkan kulit lainnya. Padahal mereka tak mengetahui bila proses pembuatan kulit ceker ayam menjadi sepatu melalui tahapan yang rumit dan panjang.
“Walaupun begitu banyak pula yang memberikan respon positif. Produk kita diapresiasi lebih oleh warga internasional. Di 2019 itu kita diliputi dalam dan luar negeri,” ungkap Nurman.
Publikasi yang dilakukan media nasional hingga internasional mengundang rasa penasaran banyak kalangan. Mereka pun datang mengunjungi untuk melihat proses pembuatan sepatu dari kulit ceker ayam. Hal ini ikut memberikan dampak positif bagi Nurman. Ia banyak berdiskusi hingga mengampanyekan produk buatannya.
Luxury Brand
Pencapaian Hirka Shoes yang telah menembus pasar ekspor menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi Nurman Farieka untuk terus berinovasi. Ia ingin mengembangkan dan memperkenalkan Hirka Shoes, sepatu dari kulit ceker ayam, yang menjangkau masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.
Sejalan hal itu, Nurman memiliki impian menjadikan Hirka Shoes sebagai produk dengan luxury brand.
“Tahapannya cukup lumayan banyak,” kata Nurman.
Untuk mewujudkan impian sebagai luxury brand, Nurman telah menyusun sejumlah rencana strategis. Salah satunya melakukan pameran untuk menaikkan brand equity (equitas merek yang merupakan nilai tambah pada sebuah produk).
“Tahun depan kita keluarkan produk dan melakukan pameran solo. Fokus kita menaikkan brand equity,” ujar Nurman.
Sementara itu untuk target pasar, Nurman mengungkapkan bila produk Hirka menyasar kalangan dewasa.
“Mereka yang pekerja kantoran. Karakternya mereka tercermin pada karakter seperti luxury, eksotis, dan eksklusif,” ungkap Nurman.
SATU Indonesia Awards
Pemanfaatan kulit ceker ayam sebagai bahan baku pembuatan oleh Nurman Farieka Ramdhany memiliki multiflyer effect. Selain menonjolkan eksotisme pengganti kulit reptil, upaya Nurman Farieka ikut membantu para perajin sepatu tetap berproduksi.
Atas inovasi itu Nurman dianugerahi penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Bidang Kewirausahaan pada 2019.
“SATU Indonesia Awards ini menjadi semangat baru bagi kami. Ketika ikut dan bertemu dengan beberapa teman-teman lain, kita punya dorongan lagi untuk terus berkarya dan membuat produk yang lebih baik lagi,” tandasnya.(***/gopos)