Oleh : Funco Tanipu
Beberapa waktu barusan, Daftar Calon Sementara untuk Pemilu 2024 telah diluncurkan. Beberapa teman yang namanya masuk dalam daftar tersebut mengirimkan file, hingga total ada sekitar 8 file yang ada di hp.
Tiba-tiba, ada yang menelpon menanyakan peluangnya, kebetulan dirinya mendapatkan nomor urut yang kurang bagus. Saya sampaikan sebagai “murid baru”, terima saja dulu, toh dalam sistem Pemilu seperti sekarang nomor urut tidak terlalu berpengaruh. Kemudian saya menanyakan “saingan” satu partai, saya tanyakan latar belakang dan jumlah suara yang diperoleh saat pemilu silam, demikian pula tentang peluang partainya apakah bisa mempertahankan kursi yang ada. Dia nampak optimis hingga dia menanyakan berapa ‘kuti-kuti” yang harus disediakan. Katanya, dia sudah siap sekitar 500 juta untuk itu. Lebih lanjut ia menyampaikan kalau dia kan hanya maju ke level tingkat dua, jadi duit itu dia rasa cukup.
Dalam telpon-telponan tersebut, saya sempat sampaikan tips singkat menang Pemilu namun dengan biaya yang murah. Hitung-hitung membantu teman dalam upayanya memenangkan Pemilu.
Menurut saya, pemilu bisa akan murah, termasuk bagaimana menang Pemilu dengan biaya yang murah. Kenapa harus murah? Sebab, saat nanti terpilih, Caleg tersebut tidak akan terbebani untuk mengembalikan dana politik yang dikeluarkan. Sehingga, mau tidak mau, kita harus menghitung kembali rumus politik yang ada, sekaligus menyusun rumus pemenangan dengan biaya yang murah meriah. Rumus itu sudah ada di alam, istilahnya “alam terkembang menjadi guru”.
Pemilu berbiaya murah masuk akal, jika pendekatan sosio-antropologis bisa dipahami dan dijabarkan dalam konteks pemenangan. Di Gorontalo sendiri, telah banyak Caleg yang pernah terpilih dengan biaya yang murah.
Walaupun beberapa waktu lalu, sempat ada salah satu politisi yang menyatakan bahwa untuk di salah satu dapil di Indonesia, biaya untuk maju ke DPR RI membutuhkan setidaknya 40 milyar, tapi untuk kelangsungan dan keberlanjutan demokrasi Indonesia, saya masih yakin bahwa untuk menang Pemilu dan juga Pilkada tak harus dengan berbiaya tinggi, apalagi harus melakukan serangan fajar dan money politik. (*)