GOPOS.ID, GORONTALO – Kejaksaan Tinggi hingga saat masih bekerja untuk merampungkan berkas perkara dugaan kasus GORR. Meski banyak yang meragukan penetapan tersangka oleh Kajati Gorontalo. Sebab, dasar Kejaksaan dalam menetapkan kerugian negara bukan berdasarkan hitungan dari BPK/BPKP sebagai lembaga yang berwenang, melainkan dari salah satu perguruan tinggi di Gorontalo.
BPKP sendiri mengakui bahwa perhitungan belum selesai dan bukti kerugian negara belum lengkap. Atas dasar itu, publik pun merasa cemas mengenai penerapan dan penegakan hukum di Gorontalo.
Charlie Pangemanan, mahasiswa semester enam Fakultas Hukum mengatakan bahwa persoalan ini tidak memberikan keadilan terhadap nama-nama yang telah diterapkan menjadi tersangka.
“Saya khawatir sebagai mahasiswa hukum terhadap penerapan dan penegakan hukum di Gorontalo, legitimasi dari lembaga berwenang sudah tidak digunakan lagi. Ini mencemaskan,” ucapnya.
Charlie pun berharap bahwa publik jangan terpengaruh dengan opini sesat yang sengaja dibangun oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dalam memahami persoalan ini.
“Saya pribadi berharap kita semua sama-sama belajar soal hukum yang baik. Agar tidak mudah dan paham dengan opini sesat yang bisa saja diwacanakan,” beber Charlie.
Ketika disinggung soal adanya pihak yang selalu mengkaitkan Gubernur Gorontalo dalam persoalan GORR. Charlie menjawab bahwa sebagai mahasiswa hukum tidak bisa memaksa orang lain terlibat jika hanya berdasarkan asumsi pribadi.
“Jangan dibiasakan mengkaitkan orang lain dalam sebuah kasus yang masih gelap penerapan dan penegakan hukum didalamnya,” sebut Charlie dengan sedikit tersenyum.
Terakhir, ketika ditanyakan lagi apakah pihak yang selalu menyebut nama Gubernur dalam persoalan GORR sudah mengerti persoalan sesungguhnya. Charlie justru meragukan pemahaman pihak tersebut, dan bisa saja pihak tersebut hanya ‘cari panggung’ dan ‘kebakaran jenggot’ dengan prestasi Gubernur dalam membangun Gorontalo.
“Persoalan ini banyak yang meragukan termasuk saya. Kalau sering mengkaitkan Gubernur saya rasa hanya ‘cari panggung’, dan ‘kebakaran jenggot’ dengan prestasi Gubernur selama dua periode memimpin Gorontalo,” tutupnya. (*/gopos)