GOPOS.ID, SUMALATA – Fenomena udang yang bergerombol naik ke darat menjadi viral di kalangan masyarakat Gorontalo. Peristiwa yang terjadi di Desa Buladu, Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara ini mencuat usai beredarnya sebuah rekaman video pendek yang menampakkan benih udang dalam jumlah yang sangat banyak bergerombol naik ke darat.
Video tersebut diunggah di media sosial Facebook oleh akun Kahar Mantulangi. Dalam video yang berdurasi 1 menit dan 21 detik itu menampilkan sekumpulan udang yang masih berukuran kecil-kecil bergerak bergerombol naik ke darat. Padahal selama ini diketahui udang-udang tersebut berada di daerah muara sungai.
Rekaman video fenomena udang yang naik ke daratan itu pun menyebar luas. Selain melalui jejaring facebook, rekaman beredar pula melalui WhatsApp.
Namun fenomena naiknya udang ke darat tersebut dapat dipastikan bukan karena adanya faktor mistis. Melainkan dikarenakan adanya kebocoran pada Pipa Sambungan Air Bersih (PSAB). Tepatnya di salah satu rumah warga yang berada di dekat kantor Camat Sumalata. Dari titik kebocoran itu, udang-udang lalu naik ke atas dan berjalan di darat.
“Sudah dicek, udang-udang itu dari pipa yang jebol,” ungkap Camat Sumalata, Ayis Yusuf.
Meski begitu, Ayis mengungkapkan, pihaknya tetap mewanti-wanti fenomena tersebut berkaitan dengan kondisi lingkungan. Utamanya berkaitan dengan kualitas air. Sebab dikhawatirkan situasi tersebut berdampak terhadap kesehatan masyarakat.
“Kita masih menunggu untuk dilakukan pengetesan oleh petugas kesehatan di Puskesmas,” katanya.
Secara terpisah, Koordinator Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Djalaluddin Gorontalo, Sayid Mahadir, menjelaskan fenomena naiknya udang ke darat bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti perubahan lingkungan: Jika lingkungan perairan di sekitar muara sungai mengalami perubahan yang drastis, seperti perubahan suhu air, kadar oksigen, atau tingkat salinitas, udang dapat merasakan ketidaknyamanan dan mencari tempat yang lebih sesuai.
“Ini bisa menyebabkan mereka bergerak ke daerah yang berbeda atau mencoba beradaptasi dengan kondisi baru yang lebih baik di daratan,” katanya.
Pengaruh lain pola migrasi. Menurut Sayid, beberapa spesies udang memiliki pola migrasi yang kompleks dan dapat berpindah dari muara sungai ke perairan terbuka dan sebaliknya.
“Faktor-faktor seperti pasang surut, musim berkembang biak, atau pencarian makanan dapat mempengaruhi pola migrasi ini. Jika ada perubahan dalam faktor-faktor ini, udang mungkin terdorong untuk bergerak ke daratan,” urai Sayid.
Selanjutnya gangguan manusia. Aktivitas manusia, seperti perubahan habitat, polusi, atau gangguan fisik langsung, dapat mempengaruhi perilaku udang.
“Jika habitat udang di muara sungai terganggu atau tercemar, mereka mungkin mencari tempat yang lebih aman di daratan,” ucap Sayid.
Terkait perkembangan musim di wilayah Gorontalo Utara saat ini, Sayid mengatakan, Gorontalo Utara masih berada pada masa peralihan/ pancaroba. Pada masa Pancaroba dapat mempengaruhi ekosistem air tawar dan pesisir, termasuk muara sungai di mana udang sering hidup.
“Perubahan dalam suhu air, pasang surut, dan pola aliran air yang terkait dengan pancaroba dapat mempengaruhi perilaku dan migrasi udang. Udang mungkin merespons perubahan suhu dengan mencari lingkungan yang lebih sesuai atau lebih nyaman, yang dapat termasuk bergerak ke daratan jika ada perubahan suhu atau kondisi lain yang tidak sesuai di perairan,” urai Sayid.
Selain itu, pancaroba juga dapat mempengaruhi pola pasang surut. Perubahan pasang surut dapat mempengaruhi akses udang ke lingkungan yang biasanya mereka huni di muara sungai. Jika perubahan pasang surut mengurangi akses ke wilayah yang biasanya dihuni oleh udang, mereka mungkin bergerak ke daratan untuk mencari tempat yang lebih sesuai.
“Namun untuk detailnya perlu dilakukan penelitian atau pengkajian terkait fenomena itu. Apakah murni fenomena alam atau bersumber dari pipa tambak udang. Jadi perlu pengkajian lebih lanjut,” tegasnya.(muhajir/isno/gopos)